Yakobus

oleh Douglas Estes

Hari 16

Baca Yakobus 3:1-6

Yakobus 3:1 menghadirkan pokok pembicaraan baru dengan ungkapan “Saudara-saudaraku.” Kini Yakobus mengarahkan perhatian pembaca kepada pengaruh perkataan kita terhadap kehidupan kita. Seperti biasa, ia memadukan sejumlah masalah, ungkapan, dan contoh untuk meyakinkan para pembacanya.

Ketika kita berkata-kata dengan sembrono dan menyakiti orang lain, kita telah diseret kepada dosa.

Dari pernyataan pertama Yakobus, kita mendapatkan kesan yang kuat bahwa ia khawatir terlalu banyak orang yang berlomba-lomba menjadi guru. Pada masa lampau, seorang guru sering dipandang sebagai pemimpin, suatu posisi dengan kewenangan yang lebih besar daripada guru pada masa kini; “guru” pada masa itu lebih mirip “pendeta” atau “profesor” pada masa kini. Karena banyak orang mengejar jabatan guru tanpa peduli memenuhi syarat atau tidak, Yakobus memperingatkan bahwa “sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat” (ay.1).

Tidak terlalu jelas apa penyebab kekhawatiran Yakobus. Mungkinkah ada semakin banyak guru mengajar asal-asalan? Mungkinkah juga semakin banyak guru yang hanya paham materi secara intelektual, tetapi perkataan mereka menunjukkan bahwa mereka belum dewasa atau munafik? Kedua kemungkinan tersebut dapat mengancam perluasan Kerajaan Allah. Mengajar orang lain, terutama dalam konteks rohani yang penting seperti pendalaman Alkitab atau khotbah, tidak boleh dilakukan asal-asalan. Namun, Yakobus segera menambahkan bahwa kita semua bersalah. Jika ada orang yang tidak pernah berbuat salah dengan kata-katanya, ia orang yang sempurna (ay.2)! Yakobus lalu menggunakan tiga contoh untuk menegaskan perhatiannya terhadap hal berbicara dan mengajar. Di dalam suratnya, Yakobus menggunakan kata “lidah” (ay.5) untuk menggambarkan cara kita berbicara dengan orang lain.

Yang pertama, Yakobus menyamakan “lidah” kita dengan kekang yang dikenakan pada mulut kuda agar kuda dapat dikendalikan (ay.3). Yang kedua, Yakobus menyamakan “lidah” dengan kemudi dari sebuah kapal yang besar (ay.4). Yang ingin ditekankan Yakobus dari kedua gambaran itu adalah bahwa suatu objek yang kecil (lidah, kekang, atau kemudi) dapat mengendalikan objek yang jauh lebih besar (orang, kuda, dan kapal). Dengan kata lain, seperti halnya kemudi dapat menyetir kapal berlayar ke arah yang salah, satu perkataan kecil yang keluar dari mulut orang juga dapat menyesatkannya, seperti dengan “menyombongkan diri” (ay.5 BIS). Ketika kita berkata-kata dengan sembrono dan menyakiti orang lain, kita telah diseret kepada dosa.

Yang ketiga, Yakobus menyamakan “lidah” kita dengan api kecil yang dapat membakar hutan yang besar (ay.5). Maksud Yakobus, percikan api mungkin kecil, tetapi bisa mengakibatkan kerusakan yang fatal dan besar. Ia juga menyatakan bahwa ketika lidah kita menjadi api, hal itu tidak saja berbahaya bagi sesama tetapi juga bagi si empunya lidah (ay.6)!

Godaan untuk membesar-besarkan diri dan membicarakan orang lain dengan keji sesungguhnya bermula dari dosa dalam diri kita. Jika kita mengucapkan hal-hal yang jahat, perkataan itu seumpama api yang “menodai seluruh tubuh” (ay.6); nyalanya akan menelan dan menghanguskan seluruh hidup kita. Sebagai orang percaya, kita harus berusaha untuk mengucapkan hal-hal yang baik, meskipun itu tidak selalu mudah.


Renungkan:

Mengapa perkataan dapat merusak hubungan kita dengan orang lain? Apa pula pengaruhnya dalam hubungan kita dengan Allah?

Langkah konkret atau praktis apa saja yang dapat kita ambil untuk mengendalikan lidah kita?

comment

journal

share


writer1

Tentang Penulis

Douglas Estes (PhD, Nottingham) adalah lektor kepala dalam bidang Perjanjian Baru dan teologi praktika di South University. Beliau adalah editor jurnal teologi Didaktikos, dan kontributor tetap untuk topik seputar ilmu pengetahuan bagi Christianity Today. Douglas telah menulis atau menyunting delapan buku, sejumlah besar esai, artikel, dan tinjauan untuk berbagai terbitan umum maupun ilmiah. Beliau pernah melayani sebagai gembala gereja selama enam belas tahun.

Penulis Seri Perjalanan Iman:

Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi