Yakobus

oleh Douglas Estes

Hari 17

Baca Yakobus 3:7-8

Orang Kristen tidak boleh meremehkan bahaya perkataan dalam melukai sesama atau diri sendiri. “Lidah” kita seumpama kekang di mulut kuda atau kemudi kapal—hal kecil yang mengendalikan arah dari keseluruhan objek itu—dan seumpama api yang dapat menghanguskan hidup kita (Yakobus 3:3-6). Daya rusaknya mungkin tak terlihat karena ukurannya yang kecil; tetapi banyak masalah yang dapat ditimbulkannya.

Lidah seseorang sungguh tidak dapat diduga. Ucapan kita tidak terkendali dan tidak bisa dijinakkan. Sebagai racun yang mematikan, ucapan kita mempunyai daya rusak, yang jika tidak diwaspadai akan membawa kehancuran kepada diri kita sendiri.

Yakobus lebih lanjut menyatakan bahwa “semua jenis binatang liar, burung-burung, serta binatang-binatang menjalar dan binatang-binatang laut” telah dijinakkan oleh manusia (ay.7). Di sini kita diingatkan bahwa secara umum manusia berkuasa atas dunia ini. Namun, meskipun berkuasa atas dunia dan menjinakkan segala hewan, tidak seorang pun sanggup menjinakkan lidahnya (ay.8)!

Sungguh suatu penggambaran yang ekstrem, walaupun mungkin maknanya tidak langsung kita mengerti sekarang. Di masa lampau, orang menjinakkan hewan liar dengan cara mengendap-endap dan berbekal senjata di tangan. Jadi, hanya orang-orang kuat yang sanggup menjinakkan hewan buas, karena itu tugas yang teramat sulit. Namun demikian, orang yang paling kuat sekalipun tidak dapat menjinakkan lidah mereka sendiri.

Menurut Yakobus, penyebabnya adalah karena lidah itu “buas, . . . tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan” (ay.8). Alasan lidah tidak terjinakkan dapat dilihat pada penggunaan istilah “tak terkuasai”, yang dalam bahasa aslinya sama dengan istilah “tidak akan tenang” dalam Yakobus 1:8, ketika menggambarkan orang yang “mendua hati”. Lidah menjadi “tak terkuasai” karena sering dipakai dengan sembrono, tanpa pertimbangan, tujuan, atau akal sehat.

Ingatlah bahwa maksud Yakobus bukanlah tentang ucapan yang melukai orang lain atau meracuni lingkungan kita (walaupun hal itu juga benar; lihat Amsal 12:18; 15:1), tetapi soal ucapan yang melukai dan meracuni diri kita sendiri. Sekali saja ucapan kita melukai diri sendiri, hal itu akan merembet dan membakar sesama (Yakobus 3:5).

Masyarakat kita saat ini membiarkan orang berbicara dengan bebas dalam cara-cara tidak patut yang tidak akan dibiarkan oleh para penguasa di masa lalu. Alhasil situasi kita sekarang jauh lebih mengenaskan dibandingkan dengan zaman Yakobus menulis surat ini; karena kita dapat mengakibatkan banyak kerusakan dengan ucapan kita, tetapi tidak langsung menanggung akibatnya.

Sebagai umat Kristen, kita dipanggil untuk memiliki iman yang nyata dan perbuatan yang nyata. Perbuatan kita yang paling nyata dan utama dalam mencerminkan Kristus lewat hidup kita adalah dengan menundukkan lidah kita dalam kepatuhan pada Allah.


Renungkan:

Pernahkah Anda mengalami dampak dari suatu ucapan yang penuh racun dan tak terkuasai?

Langkah praktis apa saja yang dapat kita ambil untuk mencegah agar dampak kerusakan dari ucapan kita tidak meluas?

comment

journal

share


writer1

Tentang Penulis

Douglas Estes (PhD, Nottingham) adalah lektor kepala dalam bidang Perjanjian Baru dan teologi praktika di South University. Beliau adalah editor jurnal teologi Didaktikos, dan kontributor tetap untuk topik seputar ilmu pengetahuan bagi Christianity Today. Douglas telah menulis atau menyunting delapan buku, sejumlah besar esai, artikel, dan tinjauan untuk berbagai terbitan umum maupun ilmiah. Beliau pernah melayani sebagai gembala gereja selama enam belas tahun.

Penulis Seri Perjalanan Iman:

Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi