Yakobus

oleh Douglas Estes

Hari 27

Baca Yakobus 5:7-11

Hidup menurut hikmat surgawi dan menolak hikmat duniawi menuntut kita untuk bersabar. Sebagai orang percaya, kita berharap kepada Allah yang menuntun kita dan mengikis keegoisan kita hari demi hari.

Yakobus berkata, diberkatilah semua yang bertekun dengan menaati Allah sembari menantikan karya-Nya membuahkan hasil.

Sambil menyebut para pembacanya sebagai “saudara-saudara”, Yakobus mengingatkan mereka untuk bersabar menantikan kedatangan Tuhan (Yakobus 5:7). Orang-orang percaya pada abad pertama berpikir bahwa kemungkinan besar Tuhan Yesus akan kembali pada masa hidup mereka; bagi kita di masa kini, meskipun tidak tahu kapan Yesus akan datang kembali, kita pasti mengharapkan Dia datang segera. Karena itu pesan untuk bersabar itu juga berlaku bagi kita.

Yakobus memberikan contoh seorang petani yang “menantikan hasil yang berharga dari tanahnya” (ay.7). Analogi ini menyatakan kepada pembaca mula-mulanya bahwa jika mereka melakukan pekerjaan Bapa sembari menantikan kedatangan Yesus kembali, mereka akan memperoleh tuaian besar dari Allah. Sekali lagi, hal yang sama berlaku bagi kita. Kita harus bersabar sembari menantikan bagaimana karya yang dikerjakan Allah melalui kita akan membawa tuaian yang sangat berharga. Kita harus menunggu hujan yang akan Allah turunkan untuk membangun kerajaan-Nya di dalam hari-hari kehidupan kita.

Seperti si petani, kita “harus bersabar dan harus meneguhkan hati”, karena kedatangan Tuhan Yesus sudah dekat (ay.8). Yakobus menyiratkan bahwa Allah akan mengganjar kesabaran itu dengan menjadikan kita bagian dari hasil tuaian-Nya.

Yakobus lalu menerangkan sikap seperti apa yang membuktikan kesabaran kita. Kita tidak boleh “bersungut-sungut dan saling mempersalahkan”, karena kita semua bekerja bersama di dalam ladang Tuhan (ay.9). Janganlah kita menggerutu tentang sesama kita, karena Allah akan menghukum kita atas sikap itu. Kita perlu waspada karena Dia segera datang kembali, dan penghakiman juga segera tiba!

Yakobus memakai contoh lain untuk melengkapi argumennya. Ia menjelaskan bahwa selama di dunia ini, kita dapat mengikuti teladan “penderitaan dan kesabaran para nabi” Perjanjian Lama (ay.10). Meski sangat menderita, mereka bertekun luar biasa saat bekerja di ladang Tuhan sambil menantikan waktunya Allah menyatakan Sang Mesias kepada dunia. Yakobus berkata, diberkatilah semua yang bertekun dengan menaati Allah sembari menantikan karya-Nya membuahkan hasil. Ketekunan mereka adalah hasil dari ketaatan mereka.

Sebagai penutup, Yakobus menyajikan Ayub sebagai contoh. Meski hal-hal buruk terjadi kepada Ayub, ia tetap setia sampai akhir, dan sebagai hasilnya, Allah memberkati Ayub (Ayub 42:7-17). Berkat Allah atas mereka yang bertekun menunjukkan bahwa “Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan” (Yakobus 5:11). Jika kita bertekun di dalam iman, kita pun dapat menerima berkat yang sama.


Renungkan:

Bagaimana cara kita menunjukkan kesabaran dan ketekunan di tengah penderitaan masa kini?

Bagaimana ketekunan kita dapat menjadi kesaksian tentang kebaikan Tuhan Yesus?

comment

journal

share


writer1

Tentang Penulis

Douglas Estes (PhD, Nottingham) adalah lektor kepala dalam bidang Perjanjian Baru dan teologi praktika di South University. Beliau adalah editor jurnal teologi Didaktikos, dan kontributor tetap untuk topik seputar ilmu pengetahuan bagi Christianity Today. Douglas telah menulis atau menyunting delapan buku, sejumlah besar esai, artikel, dan tinjauan untuk berbagai terbitan umum maupun ilmiah. Beliau pernah melayani sebagai gembala gereja selama enam belas tahun.

Penulis Seri Perjalanan Iman:

Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi