Yakobus

oleh Douglas Estes

Hari 3

Baca Yakobus 1:9-11

Sama seperti orang percaya bisa saja mendua hati, demikianlah orang percaya juga bisa berada dalam dua keadaan hidup: “keadaan yang rendah” atau “kaya” (Yakobus 1:9-10). Di sini, Yakobus mengontraskan orang kaya dengan orang miskin—bukan sembarang orang kaya dan orang miskin, melainkan orang percaya yang kaya dan orang percaya yang miskin.

Ketika mereka tidak mempunyai kekayaan untuk dibanggakan, mereka bebas untuk meninggikan Allah tanpa meninggikan diri mereka sendiri.

Pertama, ia memberi tahu orang percaya yang berada dalam keadaan yang rendah atu miskin bahwa mereka dapat bermegah karena keadaan mereka telah menempatkan mereka dalam “kedudukannya yang tinggi” (ay.9). Meskipun tampaknya berlawanan dengan pemikiran pada umumnya, Yakobus akan menjelaskan arti kedudukan yang tinggi ini.

Kedua, ia memberi tahu orang percaya yang kaya bahwa mereka selayaknya bermegah karena “kedudukannya yang rendah,” yang akan dialami ketika mereka “lenyap seperti bunga rumput” (ay.10). Pada zaman dahulu, ketika warna-warni buatan yang cerah belum ditemukan, para penulis seperti Yakobus memakai bunga rumput untuk melukiskan gambaran keindahan beraneka warna dari musim semi yang lekas memudar ketika musim panas tiba (mis. Ayub 14:2; Mazmur 103:15; Yesaya 40:6; 1 Petrus 1:24).

Biasanya kita tidak membayangkan bunga sebagai sesuatu yang berkedudukan rendah; justru biasanya bunga menjadi alasan kita berjalan-jalan di taman. Namun, bunga rumput yang liar dan tak terawat akan cepat layu. Ketika matahari terbit dan waktu berlalu, keindahannya akan memudar. Bunga rumput direndahkan karena sekalipun pernah berpenampilan indah—atau mungkin membayangkan dirinya indah di antara rerumputan—keindahannya itu tidak bertahan lama.

Orang kaya adalah seumpama bunga rumput itu. Orang akan memperhatikan bunganya untuk sementara waktu dan menganggapnya indah, tetapi bunga itu sendiri tidak sadar bahwa keindahannya akan segera pudar. Demikian pula mereka yang bermegah karena kekayaannya tidak mampu melihat bahwa kekayaan itu akan lenyap. Orang kaya akan kehilangan kekayaannya sebelum mereka menyadarinya, dan ketika terang siang hari menyinari mereka, mereka akan direndahkan dan tampaklah keadaan mereka yang sebenarnya—tidak lebih dari rumput di ladang, persis seperti semua orang lainnya. Orang kaya tidaklah lebih baik daripada orang miskin.

Lalu, apa maksud dari “kedudukannya yang tinggi” (Yakobus 1:9), yang bisa dimegahkan oleh mereka yang “berada dalam keadaan yang rendah”? Ketika mereka tidak mempunyai kekayaan untuk dibanggakan, mereka bebas untuk meninggikan Allah tanpa meninggikan diri mereka sendiri. Kiranya kita menaruh pengharapan kita dalam kekayaan kasih karunia Allah—pemeliharaan, kepedulian, dan komitmen-Nya—dalam hidup kita, bagaimanapun kondisi keuangan kita.


Renungkan:

Status keuangan sering membuat orang dibeda-bedakan. Namun, dalam hal apakah orang kaya dan orang miskin itu sama? Apa yang sama-sama dimiliki orang kaya dan orang miskin di dalam Kristus?

Ketika Allah memberkati orang percaya dengan kekayaan materi, apakah yang seharusnya mereka perbuat? Apakah yang seharusnya tidak mereka perbuat?

comment

journal

share


writer1

Tentang Penulis

Douglas Estes (PhD, Nottingham) adalah lektor kepala dalam bidang Perjanjian Baru dan teologi praktika di South University. Beliau adalah editor jurnal teologi Didaktikos, dan kontributor tetap untuk topik seputar ilmu pengetahuan bagi Christianity Today. Douglas telah menulis atau menyunting delapan buku, sejumlah besar esai, artikel, dan tinjauan untuk berbagai terbitan umum maupun ilmiah. Beliau pernah melayani sebagai gembala gereja selama enam belas tahun.

Penulis Seri Perjalanan Iman:

Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi