Amsal
oleh David CookOrang miskin, bersama mereka yang lemah dan rentan, selalu mendapat tempat khusus di hati Allah. Dalam Alkitab, mereka juga sering dibandingkan dengan orang kaya. Amsal 28 membuat enam pengamatan tentang orang miskin:
Satu, nasib orang miskin berada di tangan para pemimpin, yang bisa menjadi sumber berkat atau kutukan bagi mereka. Kebijakan yang sembrono dapat menindas mereka yang lemah, sama seperti hujan deras merusak tanaman (ay.3). Beberapa versi Alkitab menyebut ”penguasa”dan bukan ”orang miskin” yang menindas orang yang lemah. Ini menujukkan kemungkinan terjemahan lain dari kata aslinya dalam bahasa Ibrani. Dalam Alkitab kita, orang miskinlah yang menindas orang lemah—padahal kita berharap ia memiliki simpati lebih besar terhadap orang yang senasib dengannya.
Dua, lebih baik menjadi seorang miskin yang bersih kelakuannya dan menjaga integritas daripada menjadi kaya tetapi curang (ay.6). Ayat ini menegaskan nilai dari integritas dan kebajikan lebih tinggi dari kekayaan.
Tiga, orang miskin mungkin menderita ketika orang jahat berusaha untuk memperbanyak hartanya dengan menagih riba dan bunga uang. Akan tetapi, pada akhirnya, orang-orang kaya ini tidak akan dapat mempertahankan kekayaannya, karena akan jatuh ke tangan orang-orang benar yang akan membagikannya kembali kepada yang miskin (ay.8). Meski ayat ini tidak mengatakan bagaimana hal itu akan terjadi, kita dapat menduga bahwa Allah, yang peduli kepada orang miskin dan lemah, akan memastikan keadilanlah yang menang.
Keempat, orang miskin mungkin memiliki banyak hikmat yang kurang dimiliki orang kaya (ay.11). Harta dapat memberi orang kaya rasa aman yang salah dan membuatnya tidak menyadari kebutuhan dan kondisinya yang sebenarnya, sedangkan orang miskin memiliki kemampuan untuk melihat kekayaan dan kesombongan apa adanya (bandingkan 23:5).
Lima, kemiskinan juga bisa merupakan hasil dari lamunan—atau mengharapkan jalan pintas menuju kekayaan—daripada bekerja keras (28:19). Keadaan itu juga bisa diakibatkan oleh keserakahan yang pada akhirnya berujung pada kemiskinan (ay.22).
Enam, kemurahan hati akan dihargai (ay.27; bandingkan 11:24-25). Allah kita Maha Pemurah: Dia memberi dengan murah hati, walaupun kita tidak layak menerimanya, maka dari itu Dia mengharapkan kita untuk menunjukkan kemurahan hati yang penuh belas kasih kepada sesama. Kita memberi karena Allah sudah memberi (2 Korintus 8:7-9). Inilah sebabnya Israel harus mengakui kepemilikan dan kemurahan hati Allah dengan memberikan persepuluhan sebesar sepuluh persen. Meski tidak ada hukum yang mengikat kita, sepuluh persen adalah proporsi yang baik dalam memberi–walaupun harusnya kita rela memberi jauh lebih banyak.
John Laing, ahli bangunan ternama asal Inggris dan seorang yang teguh beriman, menghasilkan jutaan dolar dari perusahaan konstruksinya, tetapi ia dikenal luas karena kemurahan hatinya. Konon Laing adalah “seorang yang telah menangani uang jutaan pounds dan telah menyerahkan semuanya”. Laing juga dikenal hidup hemat; ia pernah berkata: “Setiap orang seharusnya memiliki rumah yang besarnya sesuai dengan tujuannya.”8
Si pemalas tidak pernah memiliki apa pun untuk dibagikan; salah satu berkat dari bekerja adalah kita mendapat kesempatan untuk memberi. Tiga poin utama dalam khotbah terkenal dari pendiri gereja Methodis, John Wesley, tentang penggunaan uang adalah: raihlah sebanyak yang dapat Anda raih; berilah sebanyak yang dapat Anda berikan; tabunglah sebanyak yang dapat Anda tabung. Ingat, “Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita” (2 Korintus 9:7).
Renungkan apa yang diajarkan Amsal 28 tentang orang miskin dan orang kaya. Bagaimana hal itu jika dibandingkan dengan pandangan Anda sendiri tentang kekayaan? Bagaimana sikap Anda terhadap harta dan kekayaan Anda sendiri?
Kepada siapa Anda bisa bermurah hati hari ini? Pikirkanlah beberapa cara praktis untuk memberi.
Anda dapat memberi dampak yang berarti
Persembahan kasih seberapa pun memampukan Our Daily Bread Ministries untuk menjangkau orang-orang dengan hikmat Alkitab yang mengubah hidup.
Komentar (0)