Filipi

oleh David Sanford

Hari 1

Baca Filipi 1:1-2

Apakah Anda memiliki sahabat-sahabat seiman yang tinggal jauh dari Anda? Jika ya, bagaimana rasanya menerima pesan teks, surat, maupun panggilan telepon yang hangat dan penuh sukacita dari mereka? Tentu Anda merasa sangat gembira, bukan?

Damai sejahtera Allah tidak bergantung pada situasi hidup kita.

Beberapa tahun telah berlalu sejak Paulus, Silas, Lukas, dan Timotius berkunjung ke kota Filipi untuk pertama kalinya (Kisah Para Rasul 16:12-40). Pada saat surat ini ditulis, mungkin usia jemaat di sana sudah menginjak sepuluh tahun dan dalam banyak hal mereka telah menjadi jemaat teladan dalam era Perjanjian Baru. Sebagai catatan tambahan yang menarik, banyak pakar Alkitab meyakini bahwa Lukas tetap tinggal di Filipi dan melayani sebagai pemimpin rohani selama masa-masa awal terbentuknya jemaat. Demikianlah, secara manusiawi, Lukas dianggap berjasa dalam tumbuh kembangnya jemaat ini di samping pelayanan para penilik jemaat dan diaken (Filipi 1:1).

Jemaat Filipi tak hanya bertumbuh secara rohani, tetapi juga mengalami pertambahan jumlah. Benih orang percaya mula-mula antara lain Lidia, sipir penjara dan keluarganya, serta seorang wanita muda yang dibebaskan dari kerasukan setan. Ada juga Klemens, Euodia, dan Sintikhe, yang bekerja bahu membahu bersama Paulus (4:2-3). Dari kelompok kecil itu, berkembanglah jemaat yang mapan.

Paulus mengawali suratnya dengan ucapan berkat bagi orang percaya di Filipi: “Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu” (1:2). Berkat pertama, yaitu “kasih karunia,” muncul dua kali dalam pasal pembuka (ay.1,7) dan ketiga kalinya dalam ayat penutup surat ini (4:23). Sesuai konteks salam di pasal pertama, kata “kasih karunia” berbicara tentang kekayaan serta kebaikan kekal Allah yang tak terhingga dan diberikan kepada kita secara cuma-cuma. Alangkah baiknya jika kita bisa bersyukur kepada Allah setiap hari karena Dia telah mengangkat kita menjadi anggota keluarga-Nya! Betapa indahnya kita bisa menikmati hubungan yang penuh kasih karunia satu dengan yang lain! Ketika kita berdamai dengan sesama orang percaya, itu adalah karya kasih karunia Allah.

Berkat kedua, yakni “damai sejahtera,” muncul satu kali di sini (1:2) dan dua kali dalam pasal penutup (4:7,9). Dalam konteks ini, damai sejahtera berbicara tentang ketenangan, kepastian, dan sukacita yang kita alami ketika masuk ke dalam hadirat Allah lewat doa. Saat itulah kita mengucap syukur kepada Allah atas keberadaan-Nya, karya-Nya bagi kita melalui Kristus, dan apa yang akan diperbuat-Nya bagi kita sesuai janji-Nya.

Damai sejahtera Allah tidak bergantung pada situasi hidup kita. Di dalam penjara pun Paulus merasa sangat diberkati hingga ia mampu meneruskan kasih karunia dan damai sejahtera Allah kepada orang lain.


Renungkan:

Kapan kita menerima berkat kasih karunia Allah? Bagaimana pengalaman Anda sendiri? Kapan Anda menerima damai sejahtera Allah? Seberapa sering Anda merasakan damai sejahtera itu?

Tuhan bisa memakai Anda untuk meneruskan kasih karunia dan damai sejahtera melalui perkataan Anda kepada orang lain. Hal apa saja yang mungkin menjadi penghalang?

comment

journal

share


Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi