Filipi

oleh David Sanford

Hari 20

Baca Filipi 4:2-3

Pada abad pertama, surat biasanya dibacakan kepada penerima. Jadi, surat Paulus ini kemungkinan besar juga dibacakan di hadapan jemaat Filipi yang berkumpul untuk mendengarkannya.

Di surga nanti, semua orang akan berdamai. Namun, kita tak perlu menunggu selama itu untuk berbaikan dengan sesama.

Mari kita membayangkan situasi ketika surat ini dibacakan. Kita ada di sana sebagai anggota jemaat. Saat sang juru baca berhenti sejenak, kita menatap wajah Euodia dan Sintikhe. Secara tidak sadar, mata dan mimik wajah mencerminkan isi hati seseorang. Bagaimana kira-kira raut mereka saat itu? Apakah keangkuhan rohani yang tampak, atau kerendahan hati yang dibentuk oleh Roh Kudus?

Ketika juru baca mulai membacakan kalimat dalam ayat hari ini, ekspresi wajahnya sendiri melunak. Matanya berkaca-kaca dan nada suaranya berubah. “Euodia kunasihati dan Sintikhe kunasihati . . .” (Terjemahan lain berbunyi, “Saya minta dengan sangat . . .”). Paulus jarang menggunakan ungkapan permohonan sekuat itu, tetapi di sini ia memakainya berturut-turut. Keheningan pun menghinggapi ruangan. Jemaat menghela napas, menantikan kelanjutannya. “. . . supaya sehati sepikir dalam Tuhan” (Filipi 4:2).

Pembacaan diteruskan, “Bahkan, kuminta kepadamu juga, Sunsugos, temanku yang setia [kemungkinan orang ini adalah Epafroditus]: tolonglah mereka. Karena mereka telah berjuang dengan aku dalam pekabaran Injil . . .” (ay.3). Sang juru baca berhenti lagi untuk memanggil kedua perempuan itu maju ke depan.

Di surga nanti, semua orang akan berdamai. Namun, kita tak perlu menunggu selama itu untuk berbaikan dengan sesama.

“. . . bersama-sama dengan Klemens dan kawan-kawanku sekerja yang lain, yang nama-namanya tercantum dalam kitab kehidupan” (ay.3). Mendengar itu, Epafroditus memanggil Klemens. Klemens pun memanggil sejumlah anggota jemaat lain. Bersama-sama, mereka pun bergabung dengan Euodia dan Sintikhe di depan. Tanpa sepatah kata, kedua wanita itu saling berpelukan sambil menangis. Keduanya saling mengampuni. Kesatuan pun dipulihkan. Klemens menaikkan doa syukur, lalu mereka kembali ke tempat duduk masing-masing

Betapa indahnya ketika nanti kita bertemu dengan Euodia dan Sintikhe di surga. Mungkin, mereka akan menceritakan peristiwa tersebut, yakni ketika dua ayat yang kita bahas hari ini dibacakan untuk pertama kalinya di tengah jemaat Filipi. Pasti sangat menggetarkan hati.


Renungkan:

Apakah Roh Kudus mengingatkan Anda untuk berdamai dengan seseorang?

Adakah penengah seperti Epafroditus dan Klemens yang bisa mendamaikan Anda dan orang yang bertikai dengan Anda?

Apakah Tuhan menunjukkan orang-orang tertentu yang bisa Anda bantu untuk berdamai?

comment

journal

share


Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi