Rut
oleh Sim Kay TeeDalam bukunya What’s So Amazing About Grace? (Keajaiban Kasih Karunia), Philip Yancey menceritakan sebuah konferensi antar agama. Di situ, para ahli dari seluruh dunia memperdebatkan keyakinan apa yang hanya terdapat dalam iman Kristen. Mereka mulai mencari berbagai kemungkinan. Inkarnasi? Kebangkitan? Kepercayaan lain pun memiliki dewa yang muncul dalam rupa manusia dan bangkit dari kematian. Perdebatan terus berlanjut selama beberapa waktu, hingga datanglah teolog dan filsuf bernama C. S. Lewis. Ketika mendengar bahwa mereka sedang berusaha mencari kekhasan iman Kristen, Lewis menjawab, “Oh, gampang. Jawabannya kasih karunia.”14
Rut telah berdoa agar ia bisa memungut di belakang orang “yang murah hati” atau “menaruh kasihan” kepadanya (Rut 2:2).” Kemurahan atau belas kasihan adalah suatu kebaikan yang diberikan kepada orang yang tidak layak menerimanya dan tak mampu mencapainya. Sebagai janda yang berstatus rendah sekaligus orang asing, Rut tidak berhak menuntut dari siapa pun. Namun, lewat pemeliharaan-Nya, Allah menuntunn Rut ke ladang milik kerabat Elimelekh (2:1,3). Kini, Rut menerima kemurahan hati Boas yang sesungguhnya tidak layak diterimanya (2:10,13).
Bagaimana kemurahan itu diberikan kepada Rut?
Boas memanggil Rut “anakku” (2:8), dan itu menunjukkan bahwa ia jauh lebih tua, mungkin satu generasi dengan Naomi, sebab Naomi juga menggunakan panggilan serupa kepada Rut (2:2). Namun, saya yakin bukan hanya itu. Boas tahu bahwa Rut telah beriman kepada Yahweh, Allah Israel (1:16). Dengan memanggilnya “anakku” (2:8), ia mengakui Rut sebagai anggota keluarga; bukan orang asing, bukan orang non-Yahudi, dan tentu saja bukan bangsa Moab yang terkutuk.
Anda dan saya pun patut mengagumi keajaiban kasih karunia Allah bagi kita. Sebagai orang non-Yahudi, kita berada di luar ikatan perjanjian Allah dengan orang Israel (Efesus 2:11-13). Namun, saat kita percaya kepada Tuhan Yesus, kita diadopsi menjadi anggota keluarga Allah. Kita diangkat sebagai anak-anak-Nya (Yohanes 1:12).
Biasanya, para pemungut hasil panen berpindah dari satu ladang ke ladang yang lain, tetapi Boas meminta Rut memungut di ladangnya saja—dan bukan hanya sekali ini, tetapi sepanjang musim panen jelai dan gandum. Pemungut hanya boleh mengambil yang tertinggal setelah para pemanen pergi, tetapi Rut diizinkan ikut di belakang para pekerja Boas (2:8-9). Boas bahkan memerintahkan anak buahnya untuk sengaja “menarik sedikit-sedikit dari onggokan jelai itu untuk dia dan meninggalkannya, supaya dipungutnya” (2:16). Rut juga diperbolehkan minum air yang disediakan Boas bagi pekerjanya, suatu hak istimewa yang tidak biasa diberikan kepada para pemungut. Ia bahkan membagi makanannya dengan Rut (2:9,14). Untuk memastikan bahwa Rut diperlakukan dengan hormat dan tidak mengalami pelecehan lewat kata-kata maupun secara fisik, Boas menempatkan Rut di bawah perlindungan pribadinya (2:9,15,22). Dengan memberikan izin, pemeliharaan, dan perlindungan, Boas melakukan lebih jauh daripada yang diperintahkan hukum Taurat. Rut telah menerima kemurahan luar biasa dan belas kasihan yang berlimpah dari Boas.
Namun, Rut tidak lupa diri—pendatang sekaligus orang yang berstatus lebih rendah daripada pelayan. Menyadari bahwa ia menerima kasih karunia yang tidak selayaknya didapatkan, Rut meminta untuk boleh tetap berada dalam kasih karunia itu (2:10,13). Demikian juga hendaknya kita berdoa dengan rendah hati dan penuh syukur seperti Rut, “Semoga aku akan terus mendapat belas kasih di matamu, ya [Tuhanku]” (2:13 AYT).
Setujukah Anda dengan C. S. Lewis bahwa “kasih karunia” hanya terdapat dalam iman Kristen? Mengapa? Bagaimana Anda dapat menjelaskan konsep “kasih karunia” kepada orang non-Kristen?
Sudahkah Anda mengalami kemurahan atau belas kasihan sepanjang minggu ini? Bagaimana kebaikan yang tak layak diperoleh itu berdampak terhadap Anda? Kepada siapa Anda dapat mengaruniakan belas kasihan minggu ini?
Anda dapat memberi dampak yang berarti
Persembahan kasih seberapa pun memampukan Our Daily Bread Ministries untuk menjangkau orang-orang dengan hikmat Alkitab yang mengubah hidup.
Komentar (0)