Rut
oleh Sim Kay TeeDalam hidup ini, ada saatnya kita harus membuat keputusan penting yang berdampak besar. Kita tiba di persimpangan, mengambil sebuah keputusan, lalu hidup kita pun benar-benar berubah arah. Misalnya, keputusan untuk menerima atau menolak Kristus, untuk pindah gereja atau bertahan di sana, dan tentunya, memilih pasangan hidup. Satu keputusan menentukan segala sesuatu yang terjadi selanjutnya. Orang-orang Kristen yang sudah menikah tahu bahwa hasil keputusan mereka harus dijalani seumur hidup.
Rut kini tiba pada titik itu. Ia telah melaksanakan bagian pertama dari rencana Naomi dengan pergi ke tempat pengirikan (Rut 3:5-6). Namun, ia memilih untuk melakukannya dengan cara berbeda, yakni tanpa melakukan perbuatan yang akan mempermalukan dirinya sendiri, Boas, maupun Allah yang kini disembahnya.
Pada detik-detik penting ketika Boas terbangun, Rut tidak memijat kaki Boas atau melakukan apa pun yang sifatnya menggoda. Rut tidak memanfaatkan daya tarik fisiknya untuk membuat Boas mau menikahinya. Alih-alih mendesak ke arah seksual, Rut justru memohon Boas menunjukkan kedewasaan dan rasa tanggung jawabnya sebagai orang saleh. Pada situasi rentan karena perasaan yang mudah terhanyut, Rut justru mengedepankan firman Tuhan dan bertanya apakah Boas mau memenuhi perintah Allah dalam hidupnya.
Kata-kata dalam bahasa Ibrani yang diterjemahkan menjadi “kembangkanlah kiranya sayapmu melindungi hambamu ini” (3:9) adalah ungkapan yang digunakan untuk melamar. Saat Allah berbicara tentang relasi-Nya dengan Israel, Dia menyatakan komitmen terhadap umat-Nya dengan ungkapan yang sama: “Aku menghamparkan kain-Ku kepadamu . . . mengadakan perjanjian dengan engkau . . . dan dengan itu engkau Aku punya” (Yehezkiel 16:8). Itu merupakan janji pernikahan yang disertai dengan kewajiban untuk melindungi dan mencukupi sang istri.
Sama seperti Rut mencari perlindungan dan bernaung di bawah “sayap” Allah Yahweh saat datang ke tanah Yehuda (Rut 2:12), kini ia mencari perlindungan di bawah sayap Boas lewat keberaniannya minta dinikahi (3:9). Rut meminta Boas menikahinya karena menurut adat levirat (Ulangan 25:5-10), ia adalah penebus (Imamat 25:23-55) yang akan melindunginya dan meneruskan garis keturunan Mahlon (Rut 4:10).
Lamaran pernikahan seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam masyarakat Ibrani kuno. Di sini, seorang “hamba” (3:9) meminta tuannya untuk menikahinya; janda miskin menikahi pria kaya, wanita muda menikahi pria yang secara usia patut menjadi ayahnya; seorang Moab meminta pria Yahudi melanggar apa yang dianggap tabu secara etnis, politik, agama, dan sosial. Dalam pandangan manusia, lamaran Rut ibarat tindakan nekat dengan peluang keberhasilan yang sangat kecil sejak awal. Namun, karena Allah adalah penulis naskah dan sutradara seluruh kisah ini, pernikahan mereka pasti akan berlangsung.
Di tengah situasi yang mendukung untuk menjerumuskannya ke dalam pelanggaran seksual, mengapa Rut sanggup melawan godaan? Jika Anda menjadi Rut, apa yang akan Anda perbuat? Bagaimana firman Tuhan dapat menolong Anda (Mazmur 119:9)?
Rut melamar Boas meskipun hal itu tidak sesuai dengan norma sosial pada masanya. Bagaimana pendapat Anda tentang wanita yang melamar pria pada zaman sekarang? Jika Anda seorang wanita, apakah Anda mau melakukannya? Mengapa?
Anda dapat memberi dampak yang berarti
Persembahan kasih seberapa pun memampukan Our Daily Bread Ministries untuk menjangkau orang-orang dengan hikmat Alkitab yang mengubah hidup.
Komentar (0)