Rut
oleh Sim Kay TeeSebagian besar masyarakat yang maju melaksanakan program kesejahteraan sosial untuk mencukupi kebutuhan orang miskin. Ketika memberikan “suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya” kepada orang Israel (Imamat 20:24), Allah juga memerintahkan mereka untuk merawat orang miskin yang ada di antara mereka (19:9-10; 23:22; Ulangan 24:19-22). Ladang harus sengaja tidak dituai sampai habis agar orang yang berkekurangan dapat mengambil yang tersisa dan bekerja mencari makanan dengan cara yang bermartabat. Solusi Allah bagi masalah kelaparan menuntut umat-Nya untuk bermurah hati dan kerelaan menolong mereka yang berkebutuhan (Ulangan 15:4-11).
Pada zaman para hakim memerintah (Rut 1:1) dan “setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri” (Hakim-Hakim 17:6), para pemilik tanah yang tak berbelaskasihan tidak mengizinkan orang miskin memungut sisa hasil panen. Sebagai perempuan asing yang hidup di tengah zaman yang serba tidak pasti (Rut 2:2, lihat juga 2:9,22), Rut berharap bisa “pergi ke ladang memungut bulir-bulir jelai di belakang orang yang murah hati” (atau “menaruh kasihan”, 2:2 dalam Terjemahan Lama) kepadanya. Alkitab tidak menjelaskan bagaimana ia bisa mengetahui hukum Musa itu, tetapi perkataannya mengindikasikan bahwa sejak menikah dengan orang Yahudi, Rut menyempatkan diri untuk belajar tentang Allah dan hukum-hukum-Nya. Rut menawarkan diri untuk memungut hasil panen yang tersisa. Bagaimana dengan Naomi? Mungkin ia sudah terlalu tua—atau terlalu gengsi—untuk memungut sisa panen. Ini merupakan langkah iman bagi Rut, karena artinya ia tidak hanya mempercayai firman Allah tetapi juga melakukannya (Yakobus 2:17). Dengan bersandar kepada kasih karunia-Nya, Rut percaya bahwa Allah melindungi dan memeliharanya.
Rut memilih ladang tanpa disengaja. Namun, “kebetulan” ia masuk ke ladang milik Boas, seorang kerabat yang kaya dan berpengaruh dari kaum Elimelekh (Rut 2:1,3). Menurut ajaran tradisional rabi Yahudi, Boas adalah keponakan Elimelekh,11 tetapi Alkitab tidak menjelaskan bagaimana persisnya hubungan mereka. Suatu kebetulan? “Kebetulan” ini adalah pemeliharaan misterius Allah yang bekerja lewat situasi hidup sehari-hari.
Boas adalah “seorang yang kaya raya” (dalam bahasa Ibrani, ’is gibbor hayil, “orang terpandang”). Istilah ini juga dipakai terhadap Gideon dan Yefta yang diterjemahkan sebagai “pahlawan yang gagah perkasa” (Hakim-Hakim 6:12; 11:1). Mengingat bahwa waktu itu adalah zaman hakim-hakim yang serba tidak pasti, mungkin saja Boas juga seorang pemimpin militer. Barangkali itu sebabnya Talmud memperkirakan Boas adalah Ebzan, seorang hakim kecil (12:8).12
Dua tiang yang berdiri di balai ruang besar Bait Suci yang dibangun Salomo dinamai Yakhin (artinya “Dia menegakkan”) dan Boas (artinya “dalam Dia ada kekuatan”, lihat catatan kaki NIV untuk 1 Raja-Raja 7:21; 2 Tawarikh 3:17). Sejumlah pakar mengatakan bahwa nama tiang itu dipakai untuk mengingatkan orang Israel bahwa Allah Yang Mahakuasa sajalah yang meneguhkan takhta Raja Daud. Para pakar lain menduga bahwa tiang-tiang tersebut dinamai berdasarkan nama dua nenek moyang Salomo untuk menegaskan bahwa Boas adalah orang penting dalam garis leluhur Daud.
Hukum tentang memungut sisa hasil panen adalah bentuk kepedulian Allah terhadap orang miskin (Imamat 19:9-10; 23:22; Ulangan 24:19-22). Bagaimana prinsip hukum tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan orang Kristen masa kini untuk menolong orang miskin di sekitar kita?
Program sosial apa saja yang diadakan gereja Anda guna membantu kalangan yang kurang mampu dalam komunitas Anda? Satu hal apa yang dapat Anda lakukan untuk menolong orang miskin secara teratur?
Anda dapat memberi dampak yang berarti
Persembahan kasih seberapa pun memampukan Our Daily Bread Ministries untuk menjangkau orang-orang dengan hikmat Alkitab yang mengubah hidup.
Komentar (0)