Amsal

oleh David Cook

Hari 10

Baca Amsal 7

Saat godaan datang, ketika nalar dan hasrat bersaing, hasrat sering kali menjadi pemenang. Sungguh tragis. Salomo sendiri adalah contoh yang menyedihkan: meskipun ia menulis amsal-amsal tentang kebijaksanaan dan kemurnian seksual tadi, “Raja Salomo . . . mencintai banyak wanita asing” (1 Raja-Raja 11:1).

Apa yang tampak begitu baik dan menarik ternyata merupakan jebakan yang tragis.

Dalam perikop hari ini, sang ayah mendesak putranya untuk berpegang erat pada perkataan bijak yang akan menjauhkannya dari perkataan si penggoda (Amsal 7:1-5). Pasal ini kemudian mengambil bentuk narasi yang menampilkan seorang pemuda (ay.7), seorang perempuan penggoda (ay.10), dan sejumlah korban (ay.26).

Sang pemuda digambarkan lugu dan tidak berakal budi (ay.7)—persis seperti tipe orang yang menjadi sasaran kitab Amsal (1:4). Bersama dengan anak-anak muda lainnya yang juga “masih hijau” (ay.7 BIS), ia melangkah menuju rumah perempuan penggoda pada waktu senja (7:7-9)—di tempat dan waktu yang tidak baik serta rentan godaan.

Ayat 10-21 memberi tahu kita apa yang terjadi selanjutnya. Kepada para pemuda tersebut, si wanita dengan niat licik tanpa malu-malu keluar untuk menawarkan makanan, tempat tidur yang harum, dan tempat bagi mereka untuk “memuaskan berahi hingga pagi hari” (ay.18). Ia mengatakan bahwa pemuda itu adalah pria istimewa yang selama ini ia cari-cari (ay.15), dan berhasil membujuknya masuk dalam percintaan satu malam tanpa ikatan (ay.21). Semua itu terdengar begitu indah!

Ayat 22-23 dipenuhi dengan kesedihan. Pria muda itu mengikuti si wanita seperti lembu dibawa ke pejagalan, rusa ke jerat pemburu, dan burung ke perangkap. Apa yang tampak begitu baik dan menarik ternyata merupakan jebakan yang tragis. Seorang pria muda, seorang wanita yang licik, dan sekarang, dan bertambah lagi seorang korban lain!

Maka sang ayah memperingatkan putranya untuk waspada terhadap konsekuensi dari tindakannya (ay.24). Setiap tindakan pasti menimbulkan akibat. Perhatikan dengan lebih hati-hati, bahwa di balik permukaan yang halus, kata-kata sanjungan, dan aroma kamar tidur yang wangi terdapat aroma kematian yang menyengat. Tidak bisakah kau menciumnya, anakku?

Guru bijak itu memperingatkan, jangan biarkan hati atau tubuh Anda pergi menyimpang ke rumah penggoda itu (ay.25), karena Anda tidak ingin nama Anda muncul di daftar panjang korbannya: “Banyaklah orang yang gugur ditewaskannya, sangat besarlah jumlah orang yang dibunuhnya” (ay.26).

Ayat 27 merangkum peringatan tersebut. Seberapapun populer dan menariknya rumah si wanita, tempat itu adalah jalan yang langsung menuju kematian. Dengan menggunakan berbagai perumpamaan, guru dan ayah yang bijaksana itu mendesak sang pemuda untuk melihat lebih jauh daripada penampilan yang menggoda dan  mempertimbangkan segala konsekuensi, sehingga ketika nalar dan hasrat bersaing, orang muda ini dapat berkat bahwa hikmat adalah saudaranya dan pengertian adalah sanaknya (ay.4).


Renungkan:

Bagaimana kita dapat menerapkan pelajaran dari Amsal 7 dalam kehidupan kita saat ini, khususnya dalam menyadari dan menghindari situasi yang menggoda kita?

Apa bahaya dan konsekuensinya mengikuti bujukan penggoda pada masa kini, seperti diuraikan dalam Amsal 7?

comment

journal

share


Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi