Amsal

oleh David Cook

Hari 25

Baca Amsal 15

Banyak dari kita melihat hati sebagai pusat dari emosi kita, maka kita sering berbicara tentang “mencintai dengan segenap hati”. Pada masa kitab Amsal, hati mewakili pusat dari seluruh keberadaan manusia—hati nurani, kehendak, emosi, dan pikirannya. Oleh karena itu, ketika meminta Israel untuk mengingat perbuatan Allah yang ajaib, Musa memerintahkan mereka, “jangan sampai semua itu hilang dari hatimu seumur hidupmu” (Ulangan 4:9 versi AYT).

Orang Kristen yang tetap berpengharapan dan tabah di tengah krisis serta malapetaka patut dikagumi.

Hari ini, kita melihat referensi tentang hati di Amsal 15 (ay.7,11,13-15,28,30).

Dua tipe hati—yang benar dan yang fasik—dibedakan dari perkataan yang mereka hasilkan lewat bibir dan mulut (ay.7,28). Hati yang benar berbicara dengan lembut dan bijaksana, dan bertujuan untuk menenangkan dan menambah pengetahuan. Sebaliknya, hati yang fasik atau bebal merusak, menyebarkan kebodohan, dan mematahkan semangat (ay.1,2,4,7,28).

Ayat 13-15 menggambarkan hati yang bahagia dan gembira. Kegembiraan ini terlihat jelas dari wajah seseorang, seperti halnya hati yang sedih terlihat dari semangat yang patah (ay.13); hati yang bijak dengan tekun mencari pengetahuan (ay.14) dan tetap gembira meskipun di tengah keadaan yang sulit (ay.16; bandingkan 14:30). Gambaran ini menunjukkan bahwa kebahagiaan dan sukacita sejati muncul dari hati, dan lebih bergantung kepada batin seseorang daripada keadaan di luar dirinya.

Orang Kristen yang tetap berpengharapan dan tabah di tengah krisis serta malapetaka patut dikagumi. Di hadapan penderitaan, kegagalan, dan kehilangan, dapatkah seseorang tetap berkata seperti Ayub, “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!” (Ayub 1:21).

Ayat-ayat ini menunjukkan kepada kita hubungan antara apa yang ada di dalam (hati dan roh) dan apa yang ada di luar (wajah dan bahasa tubuh, dan keadaan hidup):

  • Suasana hati dapat mempengaruhi wajah, bahasa tubuh, dan semangat kita (Amsal 15:13).
  • Keadaan hidup tidak harus mempengaruhi hati dan semangat (ay.15; bandingkan Filipi 4:12-13). Cara untuk tetap tabah dan merasa puas dalam segala situasi adalah dengan terus mencari pengetahuan (Amsal 15:14); hati yang penuh pengertian seperti ini mau mendengarkan pewahyuan dari Allah dan mendapatkan keyakinan dari hal itu, sehingga ia dapat melihat seluruh keadaan yang melalui sudut pandang firman-Nya.

Sebaliknya, orang bodoh tidak memiliki dasar yang stabil untuk menghadapi keadaan hidup yang berubah-ubah.

Dasarnya teguh bagi yang beriman,
Yang lari pada-Nya selalu aman!
Janji-Nya tetap, tak perlu kau gentar,
Berlindung pada-Nya, sabda-Nya benar.

Nyanyian Pujian no. 245 © LLB

Renungkan:

Apakah yang diungkapkan oleh perkataan, watak, dan cara pandang Anda tentang hati Anda?

Kunci untuk memiliki hati yang gembira adalah hikmat. Bagaimana cara Anda mencari hikmat dari firman Allah? Bagaimana Anda dapat mencari pengetahuan-Nya?

comment

journal

share


Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi