Amsal

oleh David Cook

Hari 9

Baca Amsal 6

Amsal 6 terdiri dari empat bagian yang berbeda: tentang waspada dalam keuangan (ay.1-3), ketekunan (ay.6-11), pembuat onar (ay.12-19), dan perzinaan (ay.20-35).

Perhatikan bahwa perbuatan tangan, kaki, lidah, dan hati masuk dalam daftar kejahatan.

Ayat 1-3 mendorong sang anak untuk berhati-hati dalam urusan keuangan. Membuat persetujuan untuk menjadi penanggung utang orang lain (ay.1) berarti bertanggung jawab atas pilihan bodoh yang diambil orang lain; perjanjian semacam itu adalah jebakan (ay.2; lihat Amsal 17:18). Sang ayah mendesak putranya untuk segera melakukan apa saja agar terbebas dari jerat itu (6:3-5).

Ayat 6-11 mendesak sang anak untuk mengamati dan belajar dari semut tentang ketekunan. Semut yang rajin adalah contoh usaha yang bijaksana (ay.6-8; lihat Amsal 30:25); kerja keras semut (6:6-7) dikontraskan dengan si pemalas yang selalu mencari-cari alasan untuk beristirahat (ay.10; bandingkan Amsal 24:30-34). Sikap rajin menghasilkan kelimpahan (6:8) sementara kemalasan mengakibatkan kemiskinan (ay.11).

Ayat 12-19 merupakan peringatan terhadap orang jahat dan pembuat onar, yang memiliki mulut serong (ay.12) dan perilaku licik yang bersumber dari niat jahat (ay.13-14). Orang seperti itu pada akhirnya akan dibinasakan (ay.15). Dalam konteks ini, penulis menyebutkan tujuh hal yang dibenci Allah (ay.16-19). Kesombongan menduduki tempat teratas. Perhatikan bahwa perbuatan tangan, kaki, lidah, dan hati masuk dalam daftar kejahatan. Akhirnya, kita diberi tahu bahwa Allah membenci orang yang “menimbulkan pertengkaran saudara” (ay.19).

Bagian terakhir (ay.20-35) menekankan pentingnya menentang perzinaan, sebuah pengulangan atas peringatan yang diberikan dalam Amsal 5 sampai 7. Penulis dengan jelas menyatakan bahwa perzinaan adalah proses yang dimulai dengan mata penuh nafsu (6:25). Ia juga menegaskan bahwa, meskipun hubungan dengan seorang pelacur adalah sesuatu yang buruk, ada yang lebih buruk lagi, yaitu berzina dengan istri orang lain—walaupun itu merupakan inisiatif si perempuan (ay.26).

Dibandingkan dengan pasal-pasal sebelumnya, peringatan pada pasal ini (ay.27-29) lebih menekankan pada konsekuensi dari perzinaan. Walaupun tindakan pencurian dapat dipahami ketika seseorang berada dalam keadaan putus asa (ay.30-31), perzinaan tidak akan menghasilkan apa-apa selain kehancuran (ay.32), rasa malu, dan aib (ay.33), serta kemarahan suami (ay.34).

Perhatikan bahwa dalam masyarakat yang menjunjung tinggi norma, seorang pezina harus disebutkan namanya dan dipermalukan (ay.33). Jika tidak dilakukan, hal itu menandakan sikap kompromi dan toleransi masyarakat yang semakin meninggalkan nilai-nilai luhur.


Renungkan:

Apakah Anda bersikap toleran terhadap hal-hal yang dibenci Allah (Amsal 6:16-19)? Berdoalah agar Allah menolong Anda menghayati sifat-sifat-Nya.

Menurut Anda, mengapa penulis amsal kembali kepada masalah perzinaan? Apa yang dikatakan bagian ini yang belum pernah dikatakan di pasal-pasal sebelumnya?

comment

journal

share


Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi