Filipi

oleh David Sanford

Hari 11

Baca Filipi 2:12-18

Dalam surat ini, dua kali Paulus menyebut orang percaya di Filipi sebagai “saudara-saudara yang kekasih.” Kedua-duanya diikuti ajakan untuk mengakhiri perselisihan dan perpecahan (Filipi 2:12-14; 4:1-3) dengan tujuan memuliakan Allah—saat ini dan dalam kekekalan.

Kesatuan, kesepakatan, dan kesepahaman harus menjadi ciri khas tubuh Kristus dalam seluruh pekerjaannya.

Bagaimana orang Kristen dapat mengakhiri pertentangan dan perpecahan dengan sesamanya? Mengapa kita harus melakukannya? Rasul Paulus memberikan enam wawasan yang menggugah.

Pertama, ia menasihati jemaat Filipi untuk mengerjakan keselamatan mereka “dengan takut dan gentar” (2:12). Allah menghukum orang-orang yang memecah belah umat-Nya dengan bersungut-sungut dan berbantah-bantahan (Bilangan 16:1-50; 1 Korintus 10:10-12; Yudas 1:11).

Kedua, Paulus berkata, “Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya” (Filipi 2:13). Seperti Firaun, seseorang bisa saja memberontak terhadap Allah, menimbulkan perselisihan dan perpecahan besar di antara umat-Nya, menderita hukuman yang berat, tetapi tetap memenuhi tujuan umum yang dikehendaki Allah (Keluaran 9:16; Yesaya 14:24-27; 46:10-14; Roma 9:17-21). Namun, sebagai orang Kristen, kita dimampukan Allah untuk menggenapi tujuan-Nya yang baik melalui sikap hormat, kekudusan, kerendahan hati, dan kesatuan kita (Roma 8:28; Efesus 1:9-11; 2 Timotius 1:9).

Ketiga, mengerjakan keselamatan itu dikaitkan Paulus dengan melakukan “segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan” (Filipi 2:14). Sayangnya, justru itulah dosa yang belum dibereskan di antara beberapa anggota jemaat Filipi (4:2). Kesatuan, kesepakatan, dan kesepahaman harus menjadi ciri khas tubuh Kristus dalam seluruh pekerjaannya.

Keempat, sikap tidak bersungut-sungut atau berbantah-bantahan—serta kesatuan dalam gereja—ditujukan “supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia, sambil berpegang pada firman kehidupan” (2:15-16). Alangkah baik dan indahnya tujuan Allah bagi umat-Nya di Filipi!

Kelima, Paulus menjelaskan keterkaitan antara mengerjakan keselamatan jemaat dan perjalanan rohaninya sendiri: “agar aku dapat bermegah pada hari Kristus, bahwa aku tidak percuma berlomba dan tidak percuma bersusah-susah” (ay.16). Hari Kristus yang disebutkannya merujuk pada suatu hari ketika kita melihat Dia dalam kemuliaan-Nya, juga pada penghakiman terakhir atas perbuatan kita di dunia ini.

Terakhir, Paulus ingin supaya hari Kristus menjadi hari perayaan bagi semuanya (ay.17-18). Di sini, ia memakai gambaran korban curahan (ay.17, lihat 2 Timotius 4:6-8). Namun, yang siap dicurahkan bukan anggur tetapi darahnya sendiri. Bagi orang percaya, kematian bukan kekalahan, melainkan saatnya untuk bertemu muka dengan Yesus Kristus.


Renungkan:

Dalam kehidupan Anda, hal apa yang paling membuat Anda takjub akan Allah?

Manakah dari enam nasihat Paulus tadi yang paling bermanfaat bagi Anda dalam menghadapi relasi yang sulit?

comment

journal

share


Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi