Filipi
oleh David SanfordBukan saja memperingatkan jemaat akan guru-guru palsu dan para pelaku kejahatan, bahkan mengakui kesombongan rohani dan kebengisannya (sebelum ia menjadi pengikut Yesus), kini Paulus berkata, “Apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku (yaitu warisan religiusnya yang tanpa cela), sekarang kuanggap rugi” (Filipi 3:7).
Setelah “segala sesuatu [Paulus] anggap rugi” (ay.8), ia menukar kebanggaannya akan latar belakang agama dan hukum Taurat dengan kepercayaan kepada Yesus Kristus yang berdasarkan iman (ay.9). Perubahan penting ini bermula saat ia percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya (ay.9)—dan terus berlanjut seiring berjalannya kehidupan Paulus dalam Kristus hari demi hari.
Dalam Kristus, setiap hari Paulus mendapatkan bahwa “pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya” (ay.8). Berjumpa dengan Sang Juruselamat saja tidak cukup; Paulus ingin semakin dan semakin mengasihi-Nya.
Bagaimana cara Paulus untuk mengenal Kristus dengan lebih baik? Ia menyebutkan tiga hal:
Pertama, Paulus ingin mengenal “kuasa kebangkitan [Kristus]” (ay.10). Dalam Roma 1:4, Rasul Paulus menyebutkan bahwa kuasa kebangkitan itu adalah “Roh kekudusan” yang menyatakan bahwa Kristus adalah Anak Allah “oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati.” Kuasa kebangkitan itu juga sama dengan Injil keselamatan yang mengubahkan hidup (Roma 1:16). Hanya oleh kuasa Allah kita bisa memahami kasih Yesus Kristus yang tak terbatas bagi kita, dan hanya kuasa Allah yang akan membangkitkan kita dari antara orang mati dan memakaikan tubuh baru yang kekal sampai selamanya.
Kedua, Paulus ingin mengambil bagian “dalam penderitaan-Nya, . . . menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya” (Filipi 3:10). Paulus mengaitkan penderitaan demi Injil dengan kekuatan Allah (2 Timotius 1:8)—inilah yang membuat kedua belas rasul dapat bersukacita “karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus” (Kisah Para Rasul 5:41). Penderitaan tidak menghasilkan rasa malu atau putus asa, melainkan menjanjikan kemuliaan yang akan datang (Roma 8:17).
Ketiga, Paulus ingin memperoleh “kebangkitan dari antara orang mati” (Filipi 3:11). Dengan berani, ia berulang kali menyatakan bahwa ia diadili karena mengharapkan “kebangkitan orang mati” (Kisah Para Rasul 23:6; 24:21). Paulus menantikan kebangkitan tubuh yang mulia seperti yang telah Yesus alami (Roma 6:5). Saat mengakhiri bacaan hari ini, mari kita renungkan: Apakah kita rindu mengenal Yesus Kristus dengan tiga cara seperti yang Paulus lakukan?
Kuasa Allah memampukan kita untuk meresapi kasih Yesus bagi kita dan tetap tegar menghadapi perlawanan. Hari ini, untuk tujuan apakah Anda memerlukan kuasa Allah itu?
Relakah Anda menderita bagi Yesus Kristus? Mengapa?
Anda dapat memberi dampak yang berarti
Persembahan kasih seberapa pun memampukan Our Daily Bread Ministries untuk menjangkau orang-orang dengan hikmat Alkitab yang mengubah hidup.
Komentar (0)