Rut
oleh Sim Kay TeeSejumlah negara telah memberlakukan hukum yang memperbolehkan orangtua berusia lanjut untuk menuntut penyediaan biaya hidup dari anak-anak mereka. Di Singapura, misalnya, “Undang-Undang Biaya Hidup Orangtua” menyediakan perangkat hukum bagi orangtua yang terlantar untuk memaksa anak-anak mereka yang mampu untuk memberi sokongan keuangan kepada mereka.
Dalam masyarakat Yahudi kuno, ada perlindungan sosial serupa dalam hukum Musa. Hukum itu mengatur bagaimana seorang kerabat yang berkecukupan, yang disebut sebagai “penebus” atau “seorang yang wajib menebus” (dalam bahasa Ibrani, go’el yang berarti “mengembalikan sesuatu kepada keadaan semula atau yang pantas”)18 harus menolong anggota keluarga yang berkekurangan. “Penebus” adalah tema besar dan fokus utama dalam kitab Rut. Istilah ini pertama kali muncul di ayat 20 dan akan berulang di Rut 3:9,12; 4:1,3,6,8, dan 14.
Ketika Rut menceritakan pengalamannya memungut jelai di ladang Boas, Naomi yang merasa bersyukur memohonkan berkat bagi Boas, “Diberkatilah kiranya orang itu oleh Tuhan!” (2:20; lihat juga 2:19). Lebih penting dari itu, Naomi mengakui pemeliharaan dan berkat perjanjian Allah atas diri dan keluarganya: “[Tuhan] rela mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang hidup dan yang mati” (2:20). Kata Ibrani hesed dipakai dalam Perjanjian Lama untuk menggambarkan kasih setia dan kebaikan Allah sesuai dengan perjanjian-Nya. Naomi melihat Allah di balik kemurahan hati Boas. Tangan Allah yang pernah menentangnya (1:21) kini memberkatinya.
Naomi menceritakan kepada Rut mengapa Boas begitu bermurah hati kepada mereka, “Orang itu kaum kerabat kita, dialah salah seorang yang wajib menebus kita” (2:20). Ya, Boas adalah kerabat dekat, salah satu dari banyak penebus, tetapi bukan yang terdekat (3:12; 4:4). Meski ada kerabat lain yang lebih berwenang untuk memelihara Naomi dan Rut, Boas dengan rela, murah hati, dan senang mengambil tanggung jawab tersebut layaknya seorang kerabat terdekat. Sungguh orang yang luar biasa!
Seorang penebus memiliki berbagai kewajiban: menebus harta benda saudaranya agar tetap menjadi milik keluarga (Imamat 25:23-34); menebus kerabat yang jatuh miskin dan telah menjual diri sebagai budak kepada orang luar (25:35-55); mencari pembunuh kerabatnya untuk dibawa ke pengadilan (Bilangan 35:9-34); dan menikahi janda tanpa anak dari saudara laki-laki yang meninggal dunia demi meneruskan garis keturunan keluarganya (Ulangan 25:5-10).
Konsep penebus dipakai dalam Perjanjian Lama untuk menggambarkan Allah. Kurang lebih 18 kali, Allah menyatakan diri sebagai Penebus Israel (mis. Yesaya 41:13; 44:6,24; 54:5; 63:16).19 Perjanjian Baru memberitakan tentang Kristus, Penebus kita, yang memberikan “nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Markus 10:45), “menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak [Allah]” (Galatia 4:5). Yesus, Penebus kita, Sang go’el yang memulihkan kita, telah memungkinkan kita berdamai dengan Allah (Roma 4:25).
Bagaimana pendapat Anda mengenai konsep kerabat sebagai penebus? Apakah aturan seperti itu bisa diterapkan pada zaman ini? Mengapa? Jika ya, bagaimana Anda dapat melaksanakan kewajiban itu pada masa kini?
Dalam hal apakah Yesus menjadi Penebus Anda?
Anda dapat memberi dampak yang berarti
Persembahan kasih seberapa pun memampukan Our Daily Bread Ministries untuk menjangkau orang-orang dengan hikmat Alkitab yang mengubah hidup.
Komentar (0)