Rut
oleh Sim Kay TeeSetiap orang punya kisah cinta yang berbeda-beda. Semua kisah cinta itu unik dan benar-benar mengagumkan. Namun, dalam setiap cerita, ada satu pertanyaan yang sama: Siapa yang akan Anda nikahi? Biasanya, kita akan menikah dengan orang yang paling kita cintai. Kita mencari sosok istimewa yang memenuhi kriteria dan kualitas yang kita yakini dari pasangan hidup, misalnya berpenampilan rupawan—suatu kriteria yang umum. Namun, sebagai orang Kristen, kita tentu mendambakan pasangan yang mengasihi Tuhan, saleh, baik, dan memiliki karakter Kristus. Kira-kira tiga puluh tahun lalu, saya menemukan belahan jiwa saya dan menikah dengan Lay Keng, sahabat saya, “seorang wanita yang baik budi”.
Dengan bersyukur dan lega karena Rut telah bertindak benar dan menemuinya secara terhormat di tengah keadaan yang kurang pantas, Boas pun memuji Rut, “Setiap orang dalam kota kami tahu, bahwa engkau seorang perempuan baik-baik” (Rut 3:11). Yang paling membuat Boas tertarik kepada Rut bukanlah kecantikan fisiknya; Alkitab tidak mendeskripsikan bagaimana rupa Rut. Namun, Boas tertarik karena karakter Rut yang baik dan saleh. Meski baru tinggal di Betlehem selama tiga atau empat bulan, Rut sudah memiliki reputasi yang baik. Semua penduduk kota mengatakan hal yang baik tentang dirinya.
Dalam bahasa Ibrani, Boas menyebut Rut sebagai wanita hah-yil, yang berarti mempunyai “kekuatan moral, karakter yang baik, integritas, kebajikan, keunggulan yang menyeluruh”. Alkitab versi BIS menerjemahkannya sebagai “wanita yang baik budi,” sementara versi-versi lain menyebutnya “perempuan yang berbudi luhur” (Shellabear), “perempuan yang berbudi pekerti” (AVB), dan “perempuan yang bermartabat” (KSKK).23 Itulah penghargaan tertinggi yang dapat diberikan kepada seorang wanita dalam budaya Yahudi. Kata Ibrani yang sama juga digunakan untuk mendeskripsikan Boas di 2:1 (lihat Hari 8)—“terpandang” (BIS) atau “dihormati” (TMV). Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa Boas dan Rut sama-sama baik dan saleh, sehingga mereka akan menjadi pasangan yang sempurna untuk membentuk pernikahan yang patut diteladani.
Sebutan “perempuan baik” seperti ini hanya muncul dua kali lagi dalam Alkitab dan dua-duanya diterapkan pada istri. “Istri yang baik adalah kebanggaan dan kebahagiaan suaminya, istri yang membuat suaminya malu adalah bagaikan penyakit tulang yang menggerogoti” (Amsal 12:4 BIS), dan “Isteri yang cakap [baik budi] siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata” (31:10). Ketika menjabarkan tentang wanita dan istri yang ideal (31:10-31), Raja Lemuel mengingatkan kita bahwa yang terpenting bukanlah penampilan fisik melainkan kecantikan batinnya. Ia mengajak kita untuk menghargai “wanita yang baik budi”, karena “wanita yang taat kepada Tuhan layak mendapat pujian” (31:30-31). Istri saya adalah wanita seperti itu. Demikian juga Rut.
Mengapa kita cenderung lebih tertarik kepada kecantikan fisik daripada kecantikan batin? Bagaimana kita dapat belajar menghargai kecantikan batin melebihi penampilan?
Seperti apakah seorang “isteri yang cakap” itu (Amsal 31:10-31)? Apa yang perlu Anda lakukan untuk menjadi seorang yang cakap atau baik budi?
Anda dapat memberi dampak yang berarti
Persembahan kasih seberapa pun memampukan Our Daily Bread Ministries untuk menjangkau orang-orang dengan hikmat Alkitab yang mengubah hidup.
Komentar (0)