Rut
oleh Sim Kay TeeMenurut laporan baru-baru ini, pada tahun 2017, satu dari lima pernikahan di Singapura merupakan pernikahan antaretnis.33 Pernikahan campuran ini juga kerap merupakan hubungan beda agama. Laporan itu menyoroti bagaimana para orangtua umumnya mengharapkan anak-anak mereka jatuh cinta dan menikah dengan orang dari etnis yang sama. Meski hubungan antaretnis sekarang sudah lebih umum, pasangan-pasangan itu mengakui masih ada saja orang-orang yang memandang mereka dengan aneh di tempat umum dan mereka juga sering menghadapi keberatan dari orangtua. Masyarakat masih belum sepenuhnya menerima perkawinan antaretnis.
Allah memperingatkan orang Israel untuk tidak kawin campur dengan penduduk asli Tanah Perjanjian ketika mereka masuk dan mendudukinya, sebab bangsa kafir itu pasti menyeret Israel kepada penyembahan berhala (Keluaran 34:15-16; Ulangan 7:1-4). Itulah yang mereka hadapi dengan bangsa Moab. Mereka memusuhi orang Israel dan membayar Bileam, seorang tukang tenung, untuk mengutuk mereka (Ulangan 23:3-4). Para wanita Moab menggoda orang Israel hingga mereka berzinah dan menyembah berhala (Bilangan 25:1-2). Oleh sebab itu, Allah melarang orang Moab datang ke Bait Suci untuk menyembah Dia (hukum ini masih berlaku pada zaman Nehemia, lihat Nehemia 13:1-2,23-27) dan memerintahkan orang Israel untuk tidak “mengikhtiarkan kesejahteraan dan kebahagiaan [Moab] sampai selama-lamanya” (Ulangan 23:6).
Hal ini menjadi masalah bagi Boas, orang Israel yang menikah dengan Rut, perempuan Moab. Apakah Boas melanggar hukum Allah dengan menikahi Rut? Mengapa Rut diperbolehkan menjadi bagian dari orang Israel dan menyembah Yahweh?
Dalam anugerah dan hikmat-Nya, Allah telah membuat persyaratan pasti yang memungkinkan setiap orang yang mau percaya kepada-Nya untuk menyembah Dia. Nabi Yesaya berjanji bahwa mereka yang mempercayakan diri kepada Allah akan diberkati-Nya dengan berlimpah: “Janganlah orang asing yang menggabungkan diri kepada Tuhan berkata: “Sudah tentu Tuhan hendak memisahkan aku dari pada umat-Nya” (Yesaya 56:3). Allah berjanji kepada mereka, “Orang-orang asing yang menggabungkan diri kepada Tuhan untuk melayani Dia, untuk mengasihi nama Tuhan dan untuk menjadi hamba-hamba-Nya, semuanya yang memelihara hari Sabat dan tidak menajiskannya, dan yang berpegang kepada perjanjian-Ku, mereka akan Kubawa ke gunung-Ku yang kudus dan akan Kuberi kesukaan di rumah doa-Ku. Aku akan berkenan kepada korban-korban bakaran dan korban-korban sembelihan mereka yang dipersembahkan di atas mezbah-Ku, sebab rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa” (56:6-7).
Jadi, setiap kutukan yang diterima orang asing atau orang luar yang terasing dan terpisah dari Allah hanya berlaku sampai orang itu berbalik kepada Allah, percaya kepada-Nya, dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Dia. Inilah yang dilakukan Rut, si perempuan Moab (Rut 1:14-18, lihat Hari 6). Rut “dari berhala-berhala kepada Allah untuk melayani Allah yang hidup dan yang benar” (1 Tesalonika 1:9). Kita pun harus melakukannya juga.
Rut yang menikah dengan Mahlon (Rut 1:4; 4:10) di Moab adalah seorang wanita Moab yang terkutuk dan tidak diperkenankan “masuk jemaah Tuhan” (Ulangan 23:3), “tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan” (Efesus 2:12). Namun, Rut yang menikah dengan Boas di Betlehem sekarang menjadi “kawan sewarga dari orang-orang kudus dan [anggota] keluarga Allah” (2:19).
Rut telah ditebus dan sangat diberkati. Itulah kisah hidup Rut. Anda pun telah ditebus dan sangat diberkati. Hingga saat ini, Allah masih menuliskan kisah hidup Anda. Percayalah kepada-Nya. Amin.
Apakah Alkitab melarang pernikahan antaretnis dan pernikahan beda agama? Mengapa demikian?
Apa maksud Allah ketika Dia berkata, “Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa” (Yesaya 56:7)?
Anda dapat memberi dampak yang berarti
Persembahan kasih seberapa pun memampukan Our Daily Bread Ministries untuk menjangkau orang-orang dengan hikmat Alkitab yang mengubah hidup.
Komentar (0)