Amsal

oleh David Cook

Hari 17

Baca Amsal 10:1-14

Ketika saya berkhotbah dan menyampaikan kebenaran dari sebuah bagian Alkitab, saya sering menunjukkan bagaimana tidak mungkinnya menerapkan yang berlawanan dengan kebenaran tersebut. Sebagai contoh, Alkitab berkata, “Semua orang telah berbuat dosa” (Roma 3:23), maka lawannya adalah, “Tidak seorang pun telah berbuat dosa.”

Perkataan kita tidak hanya mencerminkan kondisi hati kita, tetapi juga sangat berdampak, entah baik atau buruk, bagi orang lain.

Dalam Amsal 10, ada 32 amsal yang mencakup berbagai topik dalam format yang sama. Setiap amsal terdiri dari 2 baris, dengan baris keduanya mengemukakan kembali maksud dari baris pertama, tetapi dalam bentuk kebalikannya. Bentuk yang umum dalam puisi Ibrani ini disebut paralelisme antitesis. Amsal 10:1 adalah contoh yang baik. Perhatikan dua hal yang berlawanan: “Anak yang bijak mendatangkan sukacita kepada ayahnya, tetapi anak yang bebal adalah kedukaan bagi ibunya.” Baris kedua meningkatkan dampak dari baris pertama dengan menggambarkan kebalikannya yang ekstrem.

Keragaman topik seputar hikmat dapat dilihat dalam aneka tema dalam pasal ini, antara lain:

  • harta benda yang diperoleh dengan cara curang (ay.2)
  • kelaparan (ay.3)
  • kemalasan (ay.4-5,26)
  • kebenaran (ay.6-7,16,24-25,28,30)
  • takut akan Tuhan atau jalan Tuhan (ay.8,17,23,27,29)
  • kelakuan yang bersih (ay.9)
  • ucapan (ay.11,13-14,18-21,31-32)

Meskipun sepertinya tidak ada satu tema khusus dalam pasal ini, tampaknya soal ucapan mendapat perhatian khusus. Yesus berkata bahwa ucapan seseorang menunjukkan seluruh keadaan batinnya, “karena yang diucapkan mulut meluap dari hati” (Matius 12:34). Amsal 10 membandingkan perkataan orang bijak dengan ucapan orang bodoh, dan memperlihatkan betapa jauh berbeda buahnya:

  • Ucapan orang benar menyegarkan, menguatkan, dan membawa kehidupan, tetapi ucapan orang fasik menjatuhkan dan membawa kebinasaan (ay.11).
  • Ucapan orang berhikmat menunjukkan pengertian, tetapi ucapan orang bodoh menyesatkan dan membawa masalah serta penghukuman (ay.13).
  • Orang bijak hanya berbicara seperlunya dan lebih memilih menyimpan pengetahuan, tetapi orang bodoh celaka karena ucapannya yang ceroboh (ay.14).

Perkataan kita tidak hanya mencerminkan kondisi hati kita, tetapi juga sangat berdampak, entah baik atau buruk, bagi orang lain. Tidak heran jika Amsal 12:18 membandingkan perkataan dengan pedang. Pedang hanya dapat melukai tubuh, tetapi perkataan dapat melukai batin. Kenyataannya, perkataan justru sering menyebabkan kerusakan yang lebih besar dibandingkan siksaan fisik.


Renungkan:

Dengarkanlah perkataan Anda sendiri. Bagaimana ucapan Anda mencerminkan kondisi hati Anda?

Renungkan bagaimana Yesus menggunakan perkataan-Nya dengan bijaksana. Berdoalah agar Allah menolong Anda mengucapkan perkataan yang bijaksana hari ini.

comment

journal

share


Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi