Amsal

oleh David Cook

Hari 19

Baca Amsal 11

Kitab Amsal mengajar kita untuk hidup bijaksana. Hidup seperti itu dimulai dengan mengakui bahwa pengetahuan sejati diawali dengan takut akan Tuhan (1:7).

Tuhan senang akan kejujuran umat-Nya, sebab Dialah kebenaran. Dia membenci ketidakjujuran, sebab tidak ada kepalsuan pada diri-Nya.

Amsal 11 dimulai dengan pengamatan bahwa Allah menaruh perhatian atas hidup umat-Nya, bahkan atas cara mereka berbisnis (ay.1). Tidak ada bidang hidup kita yang di luar perhatian atau aturan-Nya! Tuhan senang akan kejujuran umat-Nya, sebab Dialah kebenaran. Dia membenci ketidakjujuran, sebab tidak ada kepalsuan pada diri-Nya.

Kejujuran dan memakai neraca yang akurat (ay.1) mencerminkan kebenaran—sebuah topik yang mendominasi Amsal 11. Kebenaran datang ketika kita hidup benar di mata Allah, dan itu terlihat dalam gaya hidup baru yang mencakup kejujuran (ay.1), kerendahan hati (ay.2), integritas (ay.3), kelurusan hati (ay.11), sifat dapat dipercaya (ay.13), dan sikap tak bercela (ay.20). Gaya hidup seperti itu adalah ciri dari kehadiran kasih karunia Allah dan kehidupan yang telah ditebus.

Pasal ini penuh dengan kontras, dan ayat 3 adalah contoh yang umum. Ayat ini membandingkan orang yang lurus hati, yang percaya kepada Tuhan dan hidup menurut jalan-jalan-Nya, dengan orang fasik yang curang. Kedua jalan ini membawa hasil yang berlawanan: yang pertama akan menerima berkat kehidupan, sedangkan yang kedua tidak akan memperoleh apa-apa (ay.19). Yang akan diterima oleh orang fasik hanyalah kematian.

Orang benar memiliki pengharapan akan masa depan (ay.4,18,19,21,23); pengharapan tersebut dan kesadaran akan tanggung jawab membuat mereka murah hati (ay.24-25) dan memberi mereka pandangan yang benar tentang kekayaan (ay.28). Umat Allah menanggapi dengan kebaikan hati, bukan dengan sikap lalim atau kejam (ay.16-17), dan tidak menimbun harta bagi diri mereka sendiri (ay.26). Pengkhotbah Charles Spurgeon menyatakannya demikian, “Alangkah sementaranya perlindungan yang diberikan kekayaan, bagaikan asap yang mengepul dari cerobongnya.”

Amsal 11 memperlihatkan bahwa semua manusia akan dihakimi menurut perbuatan mereka (ay.4,6,8,19,21,23,28,31). Orang berhikmat akan dibenarkan dan dilepaskan, sedangkan orang fasik pasti akan dihukum. Sebagian dari konsekuensi tersebut bisa saja mereka alami semasa hidup (misalnya, ay.3,5,6,17), sedangkan sebagian lagi akan terjadi setelah kematian (misalnya, ay.4,7,19,21).

Meskipun Amsal 11 tidak mengatakan siapa yang menghakimi, kita tahu bahwa Allah itulah Hakim sejati yang akan menuntut pertanggungjawaban seluruh manusia (Kejadian 18:25; Mazmur 9:8-9). Allah yang benar akan memberkati orang benar dan menghukum orang fasik—baik dalam hidup ini maupun setelah kematian (Amsal 11:21).

Tidak ada bidang dalam hidup kita yang tidak berada di bawah Ketuhanan-Nya. Kita tidak boleh hidup bermuka dua, karena seluruh hidup ini kita jalani di hadapan-Nya.


Renungkan:

Sebutkan apa saja yang dikatakan Amsal 11 tentang yang disukai Allah dan yang dibenci-Nya. Bagaimana hal-hal tersebut dapat menuntun Anda dalam berperilaku dan menjalani hidup Anda?

Renungkanlah apa yang dikatakan pasal ini tentang kekayaan, kebaikan hati, lidah, dan pengharapan. Manakah yang paling relevan bagi Anda saat ini?

comment

journal

share


Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi