Amsal

oleh David Cook

Hari 2

Baca Amsal 1:8-33

Dalam Alkitab, sejak awal di taman Eden terdengar dua suara: suara Sang Pencipta dan suara Iblis, sang penentang. Dalam bagian Amsal ini, juga terdengar dua suara. Keduanya berbicara kepada “anakku” (Amsal 1:10), si pemuda.

Hikmat selalu menunjukkan kenyataan yang sesungguhnya dengan menyingkapkan kebohongan dan memberi peringatan agar tidak tunduk pada godaan.

Pertama adalah suara orang berdosa (ay.10), orang yang tidak berpengalaman (ay.22), dan para pencemooh (ay.22). Suara-suara tersebut berusaha membujuk si pemuda untuk mengabaikan konsekuensi dan mengejar keuntungan yang tidak patut (ay.11-13), serta melibatkan diri dalam pergaulan yang salah (ay.14).

Namun, suara yang lain—dari orangtua yang bijaksana (ay.8-9) dan juga dari hikmat (biasa dilambangkan sebagai wanita, ay.20)—mengungkapkan maksud yang sesungguhnya: sebuah jebakan (ay.17-18), yang pada akhirnya akan membuat mereka kehilangan nyawa (ay.19).

Hikmat selalu menunjukkan kenyataan yang sesungguhnya dengan menyingkapkan kebohongan dan memberi peringatan agar tidak tunduk pada godaan. Hikmat mendesak orang muda dan orang yang tidak berpengalaman untuk mendengarkan dan mematuhi didikan serta ajaran yang benar (ay.8), dan tidak tunduk pada bujukan orang berdosa (ay.10). Hikmat berkata: Pertimbangkan konsekuensinya! Namun, orang yang memperhatikan hikmat akan tinggal dengan aman (ay.33), tetapi jika kita menolak, kita akan menanggung akibat dari tindakan kita (ay.31). Hikmat memanggil kita untuk takut akan Tuhan (ay.29), tetapi kebebalan hanya akan menuntun kepada kebinasaan (ay.32).

Suara hikmat mengingatkan kita pada suara Yesus Kristus, hikmat Allah yang menjadi manusia. Yesus menyingkapkan kebenaran tentang diri Allah dan kehendak-Nya bagi hidup manusia. Dia memanggil kita untuk meninggalkan kebodohan dan kebebalan (ay.22), dan bertobat.

Ini peringatan yang keras. Yesus Kristus menunjukkan kepada kita cara untuk mengenal Allah dan hidup di dalam persekutuan dengan-Nya. Hidup dengan cara lain, seberapapun menariknya itu, akan berakhir dalam kebinasaan. Orang bodoh membenci pengetahuan dan tidak takut akan Tuhan (ay.29), tetapi orang bijak mendengarkan dan takut akan Tuhan—merekalah yang “akan tinggal dengan aman, terlindung dari pada kedahsyatan malapetaka” (ay.33).


Renungkan:

Dua suara berbicara dalam Amsal 1:8-33, tetapi hanya satu yang harus ditaati. Bagaimana Anda dapat membedakan keduanya dan mengikuti suara yang benar?

Apa yang Amsal 1:8-33 katakan tentang akhir dari si bodoh? Apakah ini kesalahannya atau memang sudah nasibnya? Berdoalah meminta hikmat agar Anda tidak hanya mengetahui jalan yang benar, tetapi juga bersedia menempuh jalan tersebut.

comment

journal

share


Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi