Amsal
oleh David CookPantang menggunakan tongkat, anak pun rusak. Terlepas dari anggapan umum, ungkapan yang sudah tidak asing lagi ini tidak berasal dari Alkitab, melainkan dari Samuel Butler, pujangga Inggris abad ke-17. Namun, kemungkinan besar sang penyair sedang memikirkan Amsal 13:24 ketika ia mengarang pepatah tersebut: “Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya.”
Perkataan Butler tampaknya menganjurkan hukuman badan, dengan memperingatkan bahwa tidak melakukannya akan merusak anak. Namun, Amsal memberikan gambaran yang lebih utuh tentang disiplin. Meskipun kita sering memandang disiplin dari segi hukuman fisik, Amsal menunjukkan maksud disiplin untuk menegur, melatih, dan memupuk karakter yang saleh, dan menekankan alasan di baliknya, yaitu kasih.
Kasih tampak dalam disiplin yang diterapkan dengan saksama dan dalam kepedulian. Itulah sifat Allah yang tidak membiarkan kita sebagaimana kita adanya, melainkan mendisiplinkan kita—karena Dia mengasihi kita (lihat 3:11-12).
Dalam Ibrani 12:7-11, sang penulis mengumpamakan disiplin dari Allah terhadap anak-anak-Nya sebagai didikan seorang ayah di dunia. Didikan ayah kita mungkin berlangsung beberapa tahun dan tidak sempurna, tetapi didikan Allah berlangsung seumur hidup dan membawa kepada kekudusan serta keserupaan dengan Kristus. Jika didikan dari ayah di dunia kita terima, terlebih lagi seharusnya kita terima didikan dan disiplin dari Allah!
Sebagaimana halnya orang berhikmat siap menerima disiplin yang diterapkan dengan saksama, demikianlah seharusnya kita juga tidak menahannya dari anak-anak kita. Namun, mengapa anak-anak memerlukan disiplin?
Karena dosa asal, kehidupan setiap anak memiliki kecenderungan terhadap kebodohan (Amsal 22:15). Demikianlah diperlukan disiplin yang dilakukan dalam kepedulian (tongkat) untuk menyingkirkan kebodohan ini (bandingkan 19:18; 29:15,17)
“Tongkat” dalam Amsal 13:24 menyiratkan pendisiplinan fisik. Pada masa kini, kita memiliki kepekaan yang baik terhadap penerapan hukuman badan, tetapi ingatlah, anak kita tidak akan bertumbuh dengan benar jika kita menahan disiplin yang pantas diberikan (ay.18).
Amsal 13 mengandung banyak nasihat bijaksana untuk mengajar anak-anak kita, seperti soal berbicara dengan jujur dan cara yang bijaksana (ay.3,5,17), kerajinan (ay.4,11), dan menjauhi pergaulan buruk (ay.20). Efesus 6:4 mengingatkan para ayah untuk tidak membangkitkan kemarahan dalam diri anak-anaknya, mungkin dengan menetapkan standar-standar yang tidak konsisten atau terlalu tinggi untuk dicapai. Sebagai gantinya, para ayah harus memupuk dan mendidik anak-anak dalam jalan Tuhan, dan menjadi teladan dalam kesalehan bagi anak-anak mereka.
Disiplin yang dimotivasi oleh kasih, diterapkan dengan penuh pengertian, dan diberikan sesuai perkembangan emosional masing-masing anak adalah pola membesarkan anak yang didukung oleh Kitab Suci.
Bagaimana Anda dapat menerapkan disiplin dan didikan Allah dalam kehidupan anak-anak Anda sesuai cara yang diajarkan Kitab Suci?
Sudahkah Anda memberikan pengaruh yang saleh dan membangun bagi anak-anak Anda, atau bagi orang-orang muda dalam hidup Anda?
Anda dapat memberi dampak yang berarti
Persembahan kasih seberapa pun memampukan Our Daily Bread Ministries untuk menjangkau orang-orang dengan hikmat Alkitab yang mengubah hidup.
Komentar (0)