Amsal
oleh David CookSeorang filsuf ateis bernama Bertrand Russell pernah mengamati bahwa kebanyakan orang lebih suka meninggal daripada berpikir—dan ternyata memang banyak orang yang demikian.
Hari ini, marilah melihat empat dari tiga puluh amsal bijak, dimulai dengan pembukaannya di Amsal 22:17-21. Di dalamnya berisi seruan untuk mendengar dengan baik, menyimpan ketiga puluh amsal bijak tersebut dalam hati dan mulut kita, dan menerapkannya (ay.17-18). Ini berarti kita diminta sungguh-sungguh memperhatikan amsal-amsal tersebut, menyediakan waktu untuk merenungkannya, dan memikirkan bagaimana kita dapat membagikan serta menerapkannya.
Hal ini membutuhkan usaha yang sungguh-sungguh. Hikmat yang terkandung dalam tiga puluh amsal bijak ini bukan untuk disimpan, melainkan untuk diterapkan dalam hidup kita masing-masing, sekaligus dibagikan kepada orang lain agar mereka dikuatkan (ay.17-18), dan supaya kita semakin percaya kepada Tuhan (ay.19). Dengan merenungkan amsal-amsal ini, kita akan dibawa kepada jawaban yang tepat dan benar (ay.21).
Amsal ke-5 (22:28): Pada masa hidup Salomo, batas tanah milik seseorang biasanya ditandai dengan batu pembatas. Memindahkan batu-batu ini sama dengan mencuri hak milik orang lain, karena si pelaku menambah miliknya dan mengurangi milik tetangganya. Ini dapat berpengaruh besar pada kehidupan seseorang, karena tanah merupakan sumber penghasilan dan jaminan bagi para petani (lihat Ayub 24:2), sekaligus warisan yang akan diturunkan kepada generasi selanjutnya. Mencuri hak milik adalah dosa di hadapan Allah karena tanah di Israel dimiliki Allah dan telah dibagi-bagi oleh-Nya (lihat Ulangan 19:14).
Amsal ke-15 (23:17-18): Kadang-kadang orang jahat terlihat lebih berhasil dalam hidup, sehingga bisa saja kita iri hati atau membuat kita mempertanyakan keadilan, seperti yang dilakukan Asaf, penulis Mazmur 73. Namun, Alkitab mengingatkan kita bahwa sesungguhnya orang fasik itu seperti sekam (Mazmur 1:4); apa yang mereka kumpulkan hanyalah barang yang tidak berharga. Kita harus melihat jauh ke depan, dan mengetahui bahwa kepastian kekal bagi orang yang takut akan Tuhan telah terjamin (Amsal 23:18). Sungguh jauh lebih baik takut akan Tuhan dan memperoleh kepastian akan masa depan.
Amsal ke-17 (23:22-25): Kita tidak akan hidup jika tidak ada orangtua kita. Mereka mengusahakan yang terbaik bagi kita, sehingga kita tidak boleh menyepelekan nasihat dan perintah mereka (ay.22). Justru kita harus menghargai dan berpegang pada kebenaran dan hikmat (ay.23) supaya kita menjadi orang yang bijak dan benar, sehingga membawa sukacita dan kegembiraan bagi orangtua kita (ay.24). Perintah kelima dari Sepuluh Hukum Allah mengajar kita untuk menghormati orangtua kita (Keluaran 20:12), dan di sini Amsal juga mengajak kita melakukannya dengan memperlihatkan sukacita serta berkat yang dibawa seorang anak yang bijaksana kepada orang tuanya.
Amsal ke-27 (24:15-16): Menjarah atau merampok orang benar itu sia-sia, karena mereka tidak akan membiarkan apa pun menjatuhkan mereka, melainkan mereka akan bangun kembali (ay.16). Mereka tahu bahwa kejahatan tidak akan pernah menang dan pasti akan dihukum (ay.16). Orang benar percaya kepada Allah, karena tahu bahwa Dialah pembela orang benar, anak-anak yatim (lihat 23:11), dan orang miskin (22:23), dan karena itu Dia akan bertindak demi umat kepunyaan-Nya (bandingkan 14:31).
Kendati hidupku, pun harta dan benda,
diambil seteru, namun firman Allah,
kerajaan-Nya kekallah. —Martin Luther
Kidung Puji-Pujian Kristen no 387 © SAAT
Apa yang Anda pikirkan ketika melihat orang fasik hidup makmur? Bagaimana Anda dapat dikuatkan dengan membaca Amsal 23:17-18? Bagaimana Anda dapat menanggapi dengan cara yang saleh?
Amsal 24:16 menyatakan bahwa orang benar akan “bangun kembali” walaupun telah jatuh tujuh kali. Mengapa mereka dapat melakukannya? Apa yang dapat menguatkan Anda untuk bangkit lagi sekalipun sedang menderita?
Anda dapat memberi dampak yang berarti
Persembahan kasih seberapa pun memampukan Our Daily Bread Ministries untuk menjangkau orang-orang dengan hikmat Alkitab yang mengubah hidup.
Komentar (0)