Amsal

oleh David Cook

Hari 4

Baca Amsal 3:1-12

Manakala Allah memberikan perintah, Dia menyertakan alasan-alasan mengapa perintah tersebut harus ditaati. Terdapat enam perintah dalam perikop hari ini. Enam kali sang ayah yang bijak memberikan pengarahan kepada anaknya, dan setiap perintah diberikan alasan untuk patuh dan juga tanggapan Allah terhadap kepatuhan kita. Perintah-perintah untuk terus memegang hikmat itu memberitahukan kepada kita banyak hal tentang apa itu hidup bijak:

Hikmat menghasilkan kepuasan dan kedewasaan yang tidak dapat direnggut oleh siapa pun.
  • Mengingat perintah Allah yang berotoritas (Amsal 3:1).
  • Menerapkan kasih dan setia yang menjadi ciri-ciri perjanjian dengan Allah (ay.3).
  • Mempercayai wahyu Tuhan dan bukan kemampuan serta pengertian kita sendiri (ay.5), dengan demikian kita mengakui otoritas-Nya (ay.6).
  • Takut akan Tuhan dan menjauhi jalan kejahatan (ay.7).
  • Mempercayai Tuhan dan memuliakan Dia dengan memberi dari kekayaan kita (ay.9)
  • Menyadari kebutuhan kita untuk menerima teguran dan ajaran, yang diberikan Allah dengan murah hati dalam kasih (ay.11-12).

Alasan-alasan yang menyertai perintah-perintah itu termasuk janji umur panjang (ay.2), nama baik (ay.4), bimbingan Allah (ay.6), pemulihan fisik (ay.8), ganjaran bagi kerja keras (ay.10), dan kedewasaan rohani (ay.12; bandingkan Ibrani 12:10).

Sebagaimana khas pustaka hikmat di dalam Alkitab, hasil-hasil tersebut lebih merupakan generalisasi daripada janji-janji yang pasti terjadi. Meski demikian, pada umumnya apa yang terjadi sesuai dengan janji tersebut. Hidup yang dijalani secara konsisten dengan menuruti firman Allah dan ditandai kasih, kesetiaan, dam keterbukaan terhadap teguran sangat mendukung terciptanya produktivitas yang sehat.

Di saat yang sama, ada atau tidaknya hasil-hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai indikator absolut terhadap kondisi atau kesehatan rohani seseorang. Sebagaimana ditunjukkan oleh Mazmur 73 dan kisah Ayub, banyak orang akan menghadapi pengecualian-pengecualian dari generalisasi tersebut, sehingga timbul pertanyaan-pertanyaan seperti: Mengapa orang jahat (atau bodoh, dalam istilah kitab Amsal) tampaknya menjalani hidup yang berhasil (seperti Mazmur 73)? Mengapa orang benar (atau bijak, menurut Amsal) begitu menderita (seperti Ayub)?

Satu jawabannya adalah bahwa hidup yang bijak tidak selalu memberikan keuntungan yang berwujud fisik atau konkret, melainkan berkat yang diterima bernilai kekal. Hikmat menghasilkan kepuasan dan kedewasaan yang tidak dapat direnggut oleh siapa pun. Yesus Kristus, Sang hikmat Allah, adalah buktinya.


Renungkan:

Amsal 3:5-6 mengatakan bahwa kita harus sepenuhnya mempercayai Tuhan. Menurut Anda, apa yang dimaksudkan di sini?

Renungkan apa yang dikatakan Amsal 3:11-12 dan Ibrani 12:5-6 mengenai didikan Allah. Bagaimana cara Anda mensyukuri teguran dan didikan ilahi?

comment

journal

share


Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi