Amsal

oleh David Cook

Hari 41

Baca Amsal 28

Meski pasal sebelumnya sebagian besar berisi wawasan praktis dan nasihat yang masuk akal, Amsal 28 menitikberatkan pada perbuatan umat yang dibenarkan Allah dan bagaimana mereka bisa hidup dalam hubungan perjanjian dengan-Nya. Amsal 28:1 menyatakan bahwa orang fasik melarikan diri—tentu karena perbuatan dosa mereka—tetapi orang benar merasa aman karena hubungan mereka dengan Allah.

Percaya kepada Tuhan berarti hidup dalam takut akan Dia, dengan berjalan menurut jalan dan kebijaksanaan-Nya.

Ayat 4 dan 7 mengajarkan kita bagaimana orang benar hidup, yakni dengan berpegang pada hukum Allah. Kata “hukum” merujuk pada hukum yang diberikan Allah kepada umat-Nya setelah Dia menebus mereka pada peristiwa Paskah dan membebaskan mereka dari Mesir. Hukum tersebut mengajarkan mereka cara hidup sebagai umat Allah yang telah ditebus; mematuhi hukum bukanlah cara untuk mendapatkan penebusan—“lakukan ini maka engkau akan hidup”—melainkan buah dari penebusan—“hiduplah maka engkau perlu lakukan ini”.

Tidak seperti orang yang masuk dalam pergaulan buruk (ay.7), anak yang berpengertian memelihara hukum. Namun, jika kita mengabaikan hukum, Allah tidak akan mendengarkan kita (ay.9). Doa kita menjijikkan bagi-Nya karena kita tidak mendengar dan menaati-Nya. Mazmur 66:18 juga mengatakan: ”Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar.” Ketaatan tidaklah mudah, juga tidak selalu menguntungkan; oleh karenanya ketaatan merupakan tindakan yang berdasarkan kepercayaan. Percaya kepada Tuhan berarti hidup dalam takut akan Dia, dengan berjalan menurut jalan dan kebijaksanaan-Nya. Itu juga berarti mendengarkan Dia dan peka terhadap dosa, mengakui dan meninggalkannya, daripada menyembunyikannya (Amsal 28:13).

Percaya kepada Tuhan dan berjalan di jalan-Nya akan menuntun kepada kelimpahan dan keselamatan sejati (ay.18,25-26). Mereka yang berbuat sebaliknya—mengeraskan hati terhadap Allah dan mengejar kehidupan yang penuh dosa—akan jatuh ke dalam malapetaka (ay.14,18). Ayat 12 dan 28 mengajarkan bahwa karakter pemimpin—baik atau jahat—akan berdampak besar pada orang-orang dipimpin mereka. Pada zaman ini, penolakan terhadap Allah dan jalan-Nya dapat terlihat dari kurangnya penghormatan terhadap kehidupan (pembunuhan), tubuh (perzinaan), milik (pencurian), reputasi (kesaksian palsu), dan diri sendiri (konsumerisme yang rakus). Bangsa-bangsa akan menderita ketika orang fasik berkuasa.

Satu-satunya harapan kita adalah pada penebusan yang diberikan oleh Allah saja. Hanya Dia yang sanggup mengubah yang jahat menjadi benar, yang bercela menjadi bijak, yang bermasalah menjadi diberkati, yang sesat menjadi tak bercela, dan yang percaya pada diri sendiri menjadi taat. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika Paulus menyebut Kristus telah menjadi hikmat bagi kita oleh Allah—Dia “membenarkan dan menguduskan dan menebus kita” (1 Korintus 1:30).


Renungkan:

Apa petunjuk praktis yang diberikan Amsal 28 tentang cara menjalani kehidupan yang benar (ay.4-5,7,13-14,25-26). Bagaimana Anda bisa mempraktikkannya dalam kehidupan Anda sendiri?

Bagaimana Anda memperlihatkan kepercayaan kepada Tuhan dalam hidup Anda?

comment

journal

share


Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi