Amsal

oleh David Cook

Hari 7

Baca Amsal 4

Amsal 4 dibagi menjadi tiga, dengan tiap bagian menunjukkan pola sapaan yang sama yaitu “Hai anakku” (ay.1,10,20).

Amsal 4 mengingatkan kita bahwa berada di jalan hikmat bukanlah pilihan satu kali, melainkan keputusan seumur hidup untuk mengikuti hikmat dan menolak kefasikan.

Bagian pertama (ay.1-9) menekankan keunggulan hikmat; berapapun harganya, milikilah hikmat (ay.7), dan menjunjung hikmat akan memberikan keuntungan besar (ay.8-9). Seruan ini disampaikan dari generasi ke generasi: sang ayah diajar oleh ayahnya sendiri (ay.3-4), dan sekarang ia meneruskan nasihat itu kepada generasi ketiga, dengan mengatakan, “jangan lupa, dan jangan menyimpang dari perkataan mulutku” (ay.5). Perkataan tersebut telah teruji oleh waktu.

Bagian kedua (ay.10-19) mengulangi gambaran tentang dua jalan. Sang anak harus tetap berada di jalan hikmat (ay.11) dan menghindari jalan orang fasik (ay.14-15); sang ayah sedang memimpin anaknya di jalan yang lurus (ay.11).

Gaya hidup orang fasik benar-benar jahat; mereka begitu kecanduan berbuat jahat sehingga mereka tidak dapat tidur bila tidak berbuat jahat (ay.16). Makanan dan minuman mereka sehari-hari adalah kefasikan dan kelaliman (ay.17). Jalan yang benar bagaikan cahaya fajar yang semakin terang, sementara jalan kefasikan seperti kegelapan yang semakin pekat (ay.18-19).

Perhatikan perintah “dengarkanlah” (ay.10), “berpeganglah” (ay.13), “janganlah menempuh jalan” (ay.14), dan “jauhilah” (ay.15). Hidup yang bijaksana berarti selalu waspada dan bertekad bulat untuk mengejar hikmat.

Bagian ketiga (ay.20-27) menganjurkan pemuda tersebut untuk memeriksa kesehatan, sikap, dan perilaku rohaninya. Ia harus menjaga hati dan seluruh kehidupan batinnya, terutama pikirannya (ay.23). Ia harus menjauhi mulut serong (ay.24), karena “yang diucapkan mulut meluap dari hati” (Matius 12:34). Ia harus memusatkan pandangannya pada jalan yang lurus (Amsal 4:25)—jalan hikmat, jalan Tuhan. Ini akan menjaga kakinya tetap berpijak pada dasar yang teguh dan tidak terseret ke dalam kejahatan (ay.26-27).

Amsal 4 mengingatkan kita bahwa berada di jalan hikmat bukanlah pilihan satu kali, melainkan keputusan seumur hidup untuk mengikuti hikmat dan menolak kefasikan. Inilah yang juga dikatakan Paulus saat mengingatkan Titus, yaitu bahwa kasih karunia Allah “mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini” (Titus 2:12).


Renungkan:

Apa saja manfaat yang akan dinikmati orang bijak?

Periksalah pikiran, perkataan, dan tindakan Anda sendiri. Bagaimana kondisi hati, mulut, mata, dan kaki Anda jika dibandingkan dengan Amsal 4:23-27?

comment

journal

share


Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi