Filipi

oleh David Sanford

Hari 12

Baca Filipi 2:19-24

Paulus memiliki banyak saudara dalam Kristus, tetapi tak banyak anak rohani. Anak rohaninya yang paling utama tentulah Timotius. Nama Timotius dalam bahasa Yunani berarti “orang yang menjunjung dan menghormati Allah.”

Tampaknya perhatian, kasih, didikan, dan kepedulian yang diterima Timotius sejak kecil hingga dewasa menghasilkan sesuatu yang nyata—seorang pria yang mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati serta mengasihi orang lain.

Dari Kisah Para Rasul 16:1-3, kita tahu bahwa ayah Timotius seorang Yunani dan ibunya seorang Yahudi yang sangat beriman. Gereja-gereja juga sangat menghargai Timotius. Jadi, Paulus mengundang Timotius untuk bergabung dalam perjalanan misinya yang kedua dan ketiga (Kisah Para Rasul 16–21).

Dari surat 2 Timotius, kita tahu bahwa nenek Timotius juga seorang Yahudi yang sungguh beriman. Sang nenek dan ibu telah mengajarkan Kitab Suci kepada Timotius dengan setia sejak ia masih kanak-kanak (2 Timotius 1:5, 3:15). Pada tahun-tahun berikutnya, jemaat lokalnya juga dengan setia mengajarkan Kitab Suci kepada Timotius (lihat Kisah Para Rasul 16:2).

Salam pembuka dalam surat 2 Korintus, Filipi, Kolose, 1 dan 2 Tesalonika, dan Filemon mencantumkan nama Timotius setelah nama Paulus. Diperkirakan, Paulus mendiktekan surat-surat ini kepada Timotius, anaknya yang terkasih dalam iman, dan ia pun menuliskan semuanya persis ucapan Paulus.

Jadi, tak heran bila Paulus menegaskan bahwa “kesetiaan [Timotius] telah teruji dan bahwa ia telah menolong aku dalam pelayanan Injil sama seperti seorang anak menolong bapanya” (Filipi 2:22). Timotius telah bekerja bagi Kristus bahu membahu bersama rasul besar ini dari tahun ke tahun. Tentunya ia mengetahui kelemahan, kekurangan, dan kegagalan Paulus. Namun, kesetiaannya yang teguh kepada Tuhan dan Paulus membuat pemuda ini tiada bandingannya.

Timotius sangat berarti bagi Paulus. Tak ada orang lain di sekitar Paulus yang begitu rela mengesampingkan kepentingan dirinya, bersungguh-sungguh mengikut Yesus Kristus, dan secara khusus sangat memikirkan kesejahteraan jemaat Filipi. Tampaknya perhatian, kasih, didikan, dan kepedulian yang diterima Timotius sejak kecil hingga dewasa menghasilkan sesuatu yang nyata—seorang pria yang mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati serta mengasihi orang lain. Hukum yang Terutama (Matius 22:35-40; Markus 12:28-31; Lukas 10:25-28) selalu menghasilkan buah yang baik.

Tidak heran, Paulus mengatakan bahwa Timotius adalah “satu-satunya orang yang sejiwa dengan saya” (Filipi 2:20 BIS). Tidak mengherankan pula jika Paulus ingin mengutusnya ke Filipi “dengan segera, sesudah jelas bagiku bagaimana jalannya perkaraku” (ay.23).

Timotius tidak memiliki kedudukan atau otoritas yang sama seperti Paulus. Namun, dalam banyak hal, ia adalah orang dengan iman yang luar biasa.


Renungkan:

Seberapa besar pengaruh Hukum yang Terutama terhadap arah kehidupan Anda?

Seperti Timotius, bagaimana kita bisa lebih fokus memperhatikan orang lain lewat kepemimpinan atau teladan kita di hadapan saudara seiman?

comment

journal

share


Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi