Filipi
oleh David SanfordDalam dunia kuno, orang percaya harus senantiasa waspada terhadap para pengajar sesat dan pelaku kejahatan. Sayangnya, hal ini juga masih terjadi pada zaman kita.
Lalu, mengapa Paulus berkata, “Bersukacitalah dalam Tuhan” (Filipi 3:1)? Kuncinya adalah berada “dalam Tuhan”. Betapa indahnya bila setiap hari kita dapat bersyukur kepada Tuhan atas kedaulatan, pemeliharaan, kekudusan, kasih, dan jalan-jalan-Nya yang tak terselami. Ketika kita bersukacita dalam Tuhan atas diri-Nya (kuasa, kehadiran, pemeliharaan, kemurnian, dan kasih-Nya yang tak terbatas), kita akan mengetahui caranya untuk menjauhi keyakinan yang palsu dan tetap setia kepada Yesus Kristus.
Karena itu, Paulus tidak segan-segan memperingatkan orang percaya di Filipi sekali lagi. Pertama, karena hal itu “memberi kepastian kepadamu” (ay.1). Kedua, sikap “hati-hati” (ay.2) harus diterapkan setiap saat. Sebagai orang Kristen, kita diingatkan untuk selalu waspada.
Gereja mula-mula diserang oleh kaum Yudais yang menambah-nambahi Injil dengan serangkaian tuntutan dari Perjanjian Lama, misalnya sunat (Kisah Para Rasul 15:1-5; Galatia 2:3-10,15-16; 5:2-4). Paulus menyebut mereka anjing (Filipi 3:2). Dalam Alkitab, istilah tersebut dikenakan pada guru-guru palsu dan pelaku kejahatan, termasuk juga “tukang-tukang sihir, orang-orang sundal, orang-orang pembunuh, penyembah-penyembah berhala dan setiap orang yang mencintai dusta dan yang melakukannya” (Wahyu 22:15). Tak heran Paulus menghendaki kita untuk waspada.
Lalu, apakah perbedaan antara guru palsu dan pelaku kejahatan? Para pelaku kejahatan tidak mesti guru palsu, tetapi guru palsu pasti seorang pelaku kejahatan (Filipi 3:2) yang biasanya berkedok religius. Kaum Yudais pada zaman Paulus adalah “penyunat-penyunat yang palsu” (ay.2) dan guru-guru palsu.
Sayangnya, guru-guru palsu dan pelaku kejahatan sekarang sangat banyak—mereka ada di setiap bangsa dan budaya. Waspada saja tidaklah cukup. Paulus mendorong kita untuk senantiasa “beribadah oleh Roh Allah” (ay.3) di mana pun kita berada, dengan mengajak orang lain ikut melakukan hal yang sama (lihat Yohanes 4:23-24). Ia juga menasihatkan agar kita “bermegah dalam Kristus Yesus” (Filipi 3:3) atas karya-Nya dalam hidup kita, termasuk memberi kesempatan untuk membagikan iman kepada sesama (Roma 15:17-18).
Supaya orang lain—mereka yang belum percaya—tidak terpengaruh oleh guru-guru palsu, cara terbaik yang bisa ditempuh adalah dengan mewartakan Injil Yesus Kristus lewat perkataan sekaligus perbuatan kita. Bagi kita sendiri, orang Kristen, cara terbaik untuk menghadapi para guru palsu itu adalah dengan bersukacita dalam Tuhan atas diri-Nya.
Buatlah daftar kata dan frasa yang menggambarkan sifat-sifat Tuhan, dan gunakan apa yang Anda catat itu sebagai landasan untuk bersyukur kepada Allah atas diri-Nya.
Apakah Anda mengetahui seseorang yang menyampaikan ajaran yang salah? Berdoalah supaya Allah menyentuh hatinya dan membuka matanya kepada kebenaran.
Anda dapat memberi dampak yang berarti
Persembahan kasih seberapa pun memampukan Our Daily Bread Ministries untuk menjangkau orang-orang dengan hikmat Alkitab yang mengubah hidup.
Komentar (0)