Filipi
oleh David SanfordUntuk menangkal godaan kesombongan rohani yang mungkin timbul, Paulus menyatakan bahwa memperoleh “pengenalan akan Kristus Yesus, lebih mulia dari pada semua-Nya” (Filipi 3:8) adalah proses yang berlangsung setiap hari. Seumur hidup, kita tak akan pernah selesai mengenal Kristus seutuhnya. Jika Paulus saja tidak bisa, tentu kita pun demikian.
Pertama, Paulus berkata: “Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna” (ay.12). Yesus memang memanggil kita untuk menjadi “sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna” (Matius 5:48). Namun, panggilan tersebut bukanlah pencapaian yang bisa diraih, melainkan tujuan tertinggi yang harus terus dikejar.
Dalam surat lain, Paulus berkata, “Berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna” (Roma 12:2). Sekali lagi, hal itu adalah harapan untuk masa mendatang—usaha yang berlangsung setiap hari, bukan pencapaian sekali jadi.
Begitu pula saat Paulus menulis, “Karena kita sekarang memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah” (2 Korintus 7:1). Yang dimaksud bukan “lepaskanlah dirimu dari semua pencemaran sekaligus, lalu kamu akan bersih seterusnya.” Semua ini proses.
Kedua, Paulus berkata: “Aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus” (Filipi 3:12). Yesus juga menggunakan istilah yang senada dengan “mengejar” ketika Dia mengatakan “harus meneruskan” perjalanan-Nya (Lukas 13:33). Dalam Hosea 6:3 di Perjanjian Lama, dipakai ungkapan serupa, yakni “berusaha sungguh-sungguh”. Hal ini menunjukkan bahwa mereka tahu persis apa yang mereka tuju dan bertekad memburunya dengan penuh keyakinan, kegigihan, dan ketekunan.
Bagaimana kita dapat mengejar sesuatu dengan sungguh-sungguh? Penulis surat Ibrani mengajarkan bahwa caranya ialah dengan “menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita” dan “melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan” (Ibrani 12:1-2).
Ketiga, Paulus berkata, “[Aku] berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus” (Filipi 3:14). Rasul Paulus tidak mau melambat, menyimpang, atau menyerah. Sebaliknya, ia membayangkan dirinya berjuang mencapai garis akhir dan menerima hadiah.
Bagi Paulus, garis akhir itu bisa berupa kematiannya sebagai martir atau kedatangan Yesus Kristus kembali. Yang mana pun akhirnya, ia rindu memasuki kemuliaan kelak dengan penuh sukacita.
Apa yang menyebabkan Anda melambat, menyimpang, atau menyerah untuk terus mengejar hingga memperoleh hadiah yang kekal? Serahkanlah semuanya kepada Allah dan ikutilah teladan Paulus.
Ketika menyadari bahwa kita tak mungkin mencapai kesempurnaan dalam kehidupan yang sekarang, apakah Anda menjadi putus asa atau justru merasa dikuatkan? Mengapa?
Anda dapat memberi dampak yang berarti
Persembahan kasih seberapa pun memampukan Our Daily Bread Ministries untuk menjangkau orang-orang dengan hikmat Alkitab yang mengubah hidup.
Komentar (0)