Rut
oleh Sim Kay TeeSaat memikirkan tentang pertunangan, biasanya yang terlintas adalah pertukaran cincin sebagai tanda ikatan masa depan mereka berdua. Tiap kebudayaan mempunyai cara pertunangan yang berbeda-beda. Dalam budaya Tionghoa, keluarga pria membawa hadiah pertunangan kepada keluarga wanita pada hari baik yang telah ditentukan, lalu pihak keluarga wanita memberikan hadiah balasan. Hadiahnya antara lain berupa perhiasan, amplop merah berisi uang, perlengkapan rumah tangga (seperti seprai dan juga tempolong), serta makanan (seperti arak, kue ketan, dan masakan kaki babi).
Rut telah mengajukan permohonan pernikahan kepada Boas (Rut 3:9). Walaupun mau menikahi Rut, Boas tak bisa langsung menerima permohonan itu karena ada kerabat yang lebih dekat dan lebih berhak menebus Rut. Boas harus menunggu sampai hari berikutnya untuk menanyakan kepada kerabat tersebut apakah ia mau menikahi Rut atau hendak melepaskan hak tebusnya (3:12-13).
Sebelum pergi ke kota untuk mencari kerabat tadi, Boas menyuruh Rut pulang kepada Naomi dengan membawa hadiah berlimpah berupa enam takar jelai (3:15), atau sekitar 40 kg24—tiga kali lipat dari yang dipungut Rut pada hari pertamanya di ladang Boas (2:17).25 Mungkin lebih romantis apabila yang diberikan adalah cincin pertunangan atau buket bunga. Saya menduga pemberian jelai yang berlimpah dari Boas adalah suatu tindakan simbolis yang tegas untuk meyakinkan Rut dan Naomi bahwa mulai saat itu hingga seterusnya, ia bersedia mengemban tanggung jawab sebagai go’el, yakni penebus dan pelindung. Dalam keadaan seperti itu, pemberian jelai sama artinya dengan cincin pertunangan dari Boas.
Sang mertua yang cemas ingin tahu apakah rencananya berhasil, maka ia bertanya kepada Rut, “Bagaimana, anakku?” (3:16). Dalam bahasa Ibrani, pertanyaan itu secara harfiah berarti, “Siapakah engkau, anakku?” Naomi ingin tahu apakah status Rut tetap sebagai janda Mahlon atau sudah menjadi istri Boas.
Dalam ceritanya tentang kejadian semalam, Rut menekankan bahwa jelai itu adalah hadiah dari Boas untuk Naomi (3:17). Naomi mungkin mengerti arti penting dari hadiah itu. Setelah yakin bahwa hasilnya akan sesuai yang diharapkan, ia pun menasihati Rut, “Duduk sajalah menanti, anakku, sampai engkau mengetahui, bagaimana kesudahan perkara itu; sebab orang itu tidak akan berhenti, sebelum diselesaikannya perkara itu pada hari ini juga” (3:18). Naomi yakin bahwa Boas akan menuntaskan urusan tersebut. Kemungkinan, Naomi tahu bahwa Boas adalah orang yang memegang teguh janjinya. Mungkin juga, ia telah belajar melihat tangan Tuhan bekerja dalam setiap peristiwa (2:20). Nasihat Naomi kepada Rut untuk “menanti” menunjukkan imannya telah diperbarui. Kini ia mempunyai keyakinan dan pengharapan yang teguh bahwa hanya Allah yang bisa membuat segala usaha tersebut berhasil.
Salah satu cara bersikap bijaksana dan membuat keputusan moral yang benar adalah dengan belajar bertindak hati-hati serta tidak sembrono. Sering kali, panggilan untuk mengambil langkah iman membuat orang terlalu menggebu-gebu dan bertindak ceroboh, sehingga hasilnya justru berantakan. Menanti berarti bersabar menunggu Tuhan bertindak bagi kita. “Berdiam dirilah di hadapan Tuhan dan nantikanlah Dia” (Mazmur 37:7) adalah nasihat yang sangat diperlukan bagi mereka yang berpikir pragmatis dan tidak sabaran di tengah dunia yang serba cepat. Menantilah. “Jadilah tenang dalam Tuhan” (37:7 AYT).
Bagaimana cara Allah memelihara Anda di tengah kebutuhan Anda yang sangat mendesak? (Rut 3:17).
Apa artinya menantikan Allah dengan sabar dan berdiam diri di hadapan Tuhan (Mazmur 37:7)? Apakah saat ini Anda sedang diminta Allah untuk menunggu? Berapa lama Anda telah menanti? Apa yang bisa dilakukan sementara Anda menunggu?
Anda dapat memberi dampak yang berarti
Persembahan kasih seberapa pun memampukan Our Daily Bread Ministries untuk menjangkau orang-orang dengan hikmat Alkitab yang mengubah hidup.
Komentar (0)