Rut

oleh Sim Kay Tee

Hari 21

Baca Rut 4:5-6

Ketika diminta menerima suatu komitmen yang memakan waktu, tenaga, atau uang, biasanya kita akan bertanya, “Apa manfaatnya untuk saya?” Pertanyaan itu merupakan dorongan bawah sadar yang menggerakkan berbagai keputusan yang kita buat.

Pertanyaan itu merupakan dorongan bawah sadar yang menggerakkan berbagai keputusan yang kita buat.

Kerabat terdekat tadi bersedia menebus tanah milik Naomi karena hal itu menguntungkan baginya. Menebus tanah dengan harga murah adalah kesempatan yang sangat baik. Naomi tidak mempunyai anak atau cucu laki-laki sebagai ahli waris sehingga tanah itu akan segera menjadi miliknya. Memelihara seorang wanita tua juga tidak menguras banyak uang, lagipula usianya mungkin tidak begitu panjang lagi. Kalaupun harus menikahinya, Naomi sudah tidak bisa mengandung. Jadi, menebus tanah itu sudah pasti membawa keuntungan. Lebih dari itu, perbuatan baiknya juga akan meningkatkan pamornya di tengah masyarakat.

Namun, ini bukan soal penebusan tanah saja. Di sini ada dua orang janda, tidak hanya satu. Boas mengingatkan kerabat itu bahwa kesepakatan ini melibatkan tanah sekaligus keturunan—menebus tanah keluarga sekaligus meneruskan garis keturunannya. Dengan “memperoleh Rut juga, perempuan Moab” (Rut 4:5), segalanya akan berubah. Sang kerabat mengerti dampak dari pernikahan itu. Tanah adalah keuntungan, tetapi Rut adalah beban.

Ia memperhitungkan segala konsekuensinya apabila ia menikahi Rut. Pertama, ia harus menafkahi Rut dan semua anak dari perkawinan itu. Tak seperti Naomi, Rut masih muda, mungkin lebih muda darinya. Ia harus mengurus Rut untuk jangka waktu yang sangat lama. Kedua, menurut hukum, anak lelaki pertama yang dilahirkan akan diperhitungkan sebagai keturunan Mahlon, bukan anaknya (4:10), sehingga kepemilikan tanah itu akan kembali kepada keluarga Mahlon ketika anak itu sudah dewasa. Ketiga, anak pertama juga akan mewarisi sebagian dari harta sang penebus itu sendiri. Jika anak itu adalah satu-satunya putra, maka tanah milik si penebus akan diwariskan kepada keturunan Elimelekh sehingga nama keluarganya sendiri akan hilang. Keempat, Boas sengaja menekankan bahwa ia akan menikahi orang Moab (4:5). Mungkin saja, kerabat terdekat ini seorang Yahudi garis keras atau rasis yang tidak mau menikah dengan orang asing. Barangkali juga kenyataan bahwa dua anak lelaki Naomi meninggal setelah kawin campur dengan orang Moab membuatnya enggan menikahi Rut, si perempuan Moab.

Menebus tanah adalah investasi yang baik. Namun, mengemban tanggung jawab untuk menafkahi dua orang janda, menikahi orang asing, dan membiarkan anak orang lain mewarisi tanah yang baru ia beli akan “merusakkan milik pusaka-[nya] sendiri” (4:6). Kerabat itu pun meminta Boas, “Aku mengharap engkau menebus apa yang seharusnya aku tebus, sebab aku tidak dapat menebusnya” (4:6). Saya membayangkan Boas berseru, “Puji Tuhan! Doaku terjawab.”

Ada dua hasil yang positif. Pertama, kebaikan dan kemurahan hati Boas terhadap kedua janda miskin itu semakin dipertegas oleh penolakan sang kerabat untuk mengambil alih tanggung jawab penebusan.

Kedua, pernikahan akan segera berlangsung. Tidak semua cerita kehidupan berakhir bahagia seperti ini. Namun, peristiwa ini mengingatkan kita bahwa Allah saja yang menjadi penentu segala sesuatu.


Renungkan:

Kapan terakhir kali Anda bertanya, “Apa manfaatnya bagi saya?” ketika diminta untuk melayani atau membantu di gereja?

Apakah Allah sedang meminta Anda memikul tanggung jawab yang lebih besar untuk menyokong keluarga Anda? Apa tanggapan Anda?

comment

journal

share


Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi