Rut

oleh Sim Kay Tee

Hari 3

Baca Rut 1:6-7

“Habis gelap terbitlah terang.” Ungkapan itu kerap dipakai untuk menghibur orang yang sedang kesusahan. Mungkin Naomi juga mendengarnya beberapa kali selama masa sulitnya di Moab—bahwa di tengah musibah dan keputusasaan, ada harapan bahwa hal-hal baik akan terjadi.

Sering kali, kita lekas berbuat dosa tetapi lamban untuk bertobat.

Memang, terang terbit bagi Naomi. Ada kabar baik! Beberapa waktu setelah kematian dua putranya, Naomi mendengar bahwa di Betlehem kini tersedia makanan. Kelaparan di tanah Yehuda yang berlangsung selama lebih dari 10 tahun (Rut 1:1,4) telah berakhir. Cuaca membaik dan hujan sudah turun, menyegarkan tanah yang subur untuk menghasilkan panen berlimpah. Namun, alasan di balik tersedianya makanan bukanlah pertanian melainkan teologi. Bukan semata karena hujan telah turun, tetapi karena “Tuhan telah memperhatikan umat-Nya” (ay.6; lihat Imamat 26:3-5). Ketika umat berpaling kepada Allah dan memohon kelepasan, Dia “ingat akan perjanjian-Nya karena mereka, dan menyesal sesuai dengan kasih setia-Nya yang besar” dan menghentikan ganjaran-Nya (Mazmur 106:43-45). Yang menarik, Targum (tafsiran Alkitab Ibrani dalam bahasa Aram kuno) menerangkan bahwa kelaparan itu berhenti karena jasa dan doa hakim “Ebzan dari Betlehem,” hakim keempat dari enam hakim kecil (Hakim-Hakim 12:8), yang menurut para rabi adalah Boas.5

Diperlukan lebih dari 10 tahun untuk umat Israel kembali kepada Allah. Hal itu menunjukkan betapa bangsa pemberontak itu sangat keras kepala dan tegar tengkuk (Ulangan 9:6,13; 31:27). Mereka lebih suka menderita daripada bertobat. Perilaku mereka mungkin juga sama seperti kita. Sering kali, kita lekas berbuat dosa tetapi lamban untuk bertobat. Kita meminta kelepasan tanpa melakukan pertobatan.

Naomi pun meninggalkan pilihan yang telah diambilnya bersama Elimelekh, maka “berkemaslah ia dengan kedua menantunya dan ia pulang dari daerah Moab” (Rut 1:6). Guru Alkitab, Warren Wiersbe, memberikan penafsiran tajam tentang tindakan tersebut: “Keputusan Naomi tepat, tetapi alasannya keliru. Yang paling ia inginkan adalah makanan, bukan persekutuan dengan Allah. Ia kembali ke negerinya, tetapi tidak kepada Tuhan.”6

Kabar baik yang Naomi dengar adalah bahwa “Tuhan telah memperhatikan umat-Nya dan memberikan makanan kepada mereka” (1:6). Istilah “memberikan makanan” dalam bahasa Ibrani secara harfiah artinya “menyediakan roti”.7 Bukankah ini sama dengan kabar baik yang kita miliki saat ini? Allah telah datang menyelamatkan kita dengan memberikan “roti yang benar dari sorga” (Yohanes 6:32). Kepada semua orang yang lapar rohani, Yesus telah mengundang: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi” (ay.35). Mungkin, seperti Naomi, kita hanya perlu kembali kepada Tuhan.

5 Tamara Cohn Eskenazi dan Tikva Frymer-Kensky, The JPS Bible Commentary: Ruth, edisi perdana, JPS Tanakh Commentary (Philadelphia, PA: Jewish Publication Society, 2011), 8.
6 Warren W. Wiersbe, Be Committed, “Be” Commentary Series (Wheaton, IL: Victor Books, 1993), 18.
7 Jan de Waard dan Eugene Albert Nida, A Translator’s Handbook on the Book of Ruth, edisi kedua, UBS Handbook Series (New York: United Bible Societies, 1991), 10.

Renungkan:

Menurut Anda, mengapa bangsa Israel membutuhkan waktu begitu lama (10 tahun) untuk bertobat?

Setujukah Anda bahwa kita sering lekas berdosa tetapi sangat lamban untuk bertobat? Ya atau tidak, dan mengapa? Bagaimana supaya kita dapat lebih peka mengenali dosa dalam hidup kita?

comment

journal

share


Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi