Rut

oleh Sim Kay Tee

Hari 4

Baca Rut 1:8-10

Hubungan antara mertua dan menantu biasanya merupakan relasi yang paling menjengkelkan. Konflik kerap mewarnai hubungan rumah tangga karena ibu mertua dan menantu perempuan tidak bisa akur. Meskipun kondisi rohani Naomi saat itu sedang berada di titik terendah (baca Rut 1:13,20-21), hubungannya dengan kedua menantu perempuannya justru mencapai titik tertinggi. Yang luar biasa, Naomi adalah ibu mertua yang baik karena menikmati hubungan yang dekat dan penuh kasih dengan kedua menantunya. Barangkali, karena sama-sama merasakan sakitnya menjadi janda, mereka jadi lebih dekat. Ketika Naomi memutuskan untuk kembali ke Betlehem, Rut dan Orpa mengikutinya (1:6-7). Mungkin saja mereka merasa terikat kewajiban, tetapi lebih besar kemungkinannya hal itu mereka lakukan karena mereka sangat berbakti kepada sang mertua hingga mereka rela meninggalkan Moab untuk merawat Naomi yang sudah tua.

Ia percaya mereka memiliki masa depan yang lebih baik di Moab, karena bangsa Yahudi dilarang “mengikhtiarkan kesejahteraan dan kebahagiaan” orang Moab (Ulangan 23:6).

Dalam perjalanan pulang ke Betlehem, Naomi berubah pikiran. Karena mengkhawatirkan keamanan dan kesejahteraan mereka, ia mendorong Rut dan Orpa untuk tidak meninggalkan keluarga serta perlindungan dari kampung halaman mereka di Moab untuk pergi ke Betlehem. Di sana, kemungkinan besar mereka akan ditolak dan dikucilkan.

Bangsa Moab, yang merupakan keturunan Lot hasil hubungan sedarah dengan anak perempuan tertuanya (Kejadian 19:30-38), adalah musuh bebuyutan bangsa Israel (Bilangan 22–25). Ketika bangsa Israel berjalan menuju Tanah Perjanjian, perempuan-perempuan Moab menggoda lelaki Israel dan menyeret mereka ke dalam penyembahan berhala hingga mereka berdosa kepada Tuhan. Akhirnya, 24.000 orang Israel mati karena hukuman Allah (Bilangan 25:1-9).

Karena telah menyakiti dan mencelakakan bangsa Israel, orang Moab tidak diizinkan masuk ke dalam Bait Suci untuk menyembah Allah (Ulangan 23:3; Nehemia 13:1-3). Allah juga memerintahkan bangsa Yahudi: “Selama engkau hidup, janganlah engkau mengikhtiarkan kesejahteraan dan kebahagiaan mereka sampai selama-lamanya” (Ulangan 23:6). Pada zaman hakim-hakim, bangsa Israel takluk kepada Eglon, raja Moab, selama 18 tahun (Hakim-Hakim 3:14). Mengingat sejarah kebencian dan permusuhan yang panjang, tidak akan ada orang Israel yang mau menerima kehadiran orang Moab.

Jadi, dengan mengucapkan selamat tinggal, Naomi mendorong kedua menantunya itu untuk tetap tinggal di Moab dan memulai rumah tangga baru (Rut 1:9). Ia percaya mereka memiliki masa depan yang lebih baik di Moab, karena bangsa Yahudi dilarang “mengikhtiarkan kesejahteraan dan kebahagiaan” orang Moab (Ulangan 23:6).

Namun, Orpa dan Rut tidak terpengaruh. Meskipun tahu bahwa masa depannya di Betlehem tidak pasti, mereka tetap pada keputusan semula: “Kami ikut dengan engkau pulang” (Rut 1:10). Kerelaan mereka untuk meninggalkan keluarga dan sahabat, masa depan, serta kebahagiaan mereka, menunjukkan bakti mereka kepada sang ibu mertua.


Renungkan:

Setujukah Anda dengan Naomi bahwa Rut dan Orpa memiliki masa depan yang lebih cerah di Moab? Ya atau tidak, dan mengapa?

Jika Anda harus hidup dalam masyarakat yang tidak bersahabat terhadap iman Kristen, apa saja tantangan dan ancaman yang mungkin membahayakan iman Anda?

comment

journal

share


Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi