Yakobus

oleh Douglas Estes

Hari 18

Baca Yakobus 3:9-12

Peringatan Yakobus tentang lidah diakhiri dengan pesan yang wajar: sebagaimana kita orang Kristen tidak boleh mendua hati, kita juga tidak boleh berlidah ganda. Dengan lidah “kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia”; ketika perkataan baik dan buruk keluar dari mulut yang sama, kita menjadi pribadi yang mendua (Yakobus 3:9; lihat Amsal 10:32). “Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi” (Yakobus 3:10)! Namun, memang tidak mudah untuk memiliki perkataan yang lurus.

Jika kita menyebut diri sebagai orang percaya, lidah kita juga tidak dapat mengeluarkan ucapan kutuk sekaligus berkat; sebaliknya, lidah kita harus menghasilkan buah yang sesuai dengan isi hati kita.

Memuji Tuhan mungkin merupakan hal terbaik yang dapat dilakukan seseorang dengan lidahnya. Kita dapat memuji dan berbicara langsung kepada Allah Pencipta alam semesta.

Sebaliknya, mengutuki orang lain mungkin adalah hal terburuk yang dapat dilakukan seseorang dengan lidahnya. Karena manusia diciptakan menurut gambar Allah, mengutuki manusia berarti mengutuki ciptaan-Nya. Ketika ada orang yang melukai kita, kita mungkin tergoda untuk mengutuki dirinya—tetapi itu juga berarti kita mengucapkan yang buruk tentang makhluk yang dibentuk dari gambar Allah sendiri. Kita perlu selalu melihat sesama kita dari sudut pandang Allah, daripada bertindak semaunya demi melampiaskan rasa luka atau kemarahan kita.

Yakobus menggunakan dua perumpamaan untuk menjelaskan mengapa perkataan baik dan perkataan buruk tidak boleh sama-sama ada dalam hidup seorang Kristen. Yang pertama, Yakobus bertanya, “Adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama?” (ay.11). Yang kedua, ia bertanya, “Adakah pohon ara dapat menghasilkan buah zaitun dan adakah pokok anggur dapat menghasilkan buah ara?” (ay.12). Jawaban yang seharusnya diberikan pembaca untuk setiap pertanyaan di atas adalah: “Tidak. Itu tidak mungkin terjadi.”

Yakobus hendak menekankan bahwa satu sumber mata air hanya dapat memancarkan air tawar atau air pahit saja, tidak keduanya sekaligus. Jika kita menyebut diri sebagai orang percaya, lidah kita juga tidak dapat mengeluarkan ucapan kutuk sekaligus berkat; sebaliknya, lidah kita harus menghasilkan buah yang sesuai dengan isi hati kita. Di sini, perkataan Yakobus sejalan dengan pengajaran Tuhan Yesus (lihat Matius 7:16-18).

Sama seperti ada dua hikmat yang mengalir keluar dari kehidupan kita—hikmat surgawi dan hikmat duniawi—ada dua macam perkataan yang dapat keluar dari mulut kita. Hendaklah kita memilih yang satu dan menjauhi yang lain, karena memang keduanya tidak sejalan dan tidak mungkin sama-sama hadir dalam hidup kita.


Renungkan:

Menurut Anda, mengapa lidah manusia dapat mengeluarkan perkataan yang baik dan buruk sekaligus?

Mengapa rasanya begitu sulit melihat orang lain sebagai pribadi yang diciptakan segambar dengan Allah?

comment

journal

share


writer1

Tentang Penulis

Douglas Estes (PhD, Nottingham) adalah lektor kepala dalam bidang Perjanjian Baru dan teologi praktika di South University. Beliau adalah editor jurnal teologi Didaktikos, dan kontributor tetap untuk topik seputar ilmu pengetahuan bagi Christianity Today. Douglas telah menulis atau menyunting delapan buku, sejumlah besar esai, artikel, dan tinjauan untuk berbagai terbitan umum maupun ilmiah. Beliau pernah melayani sebagai gembala gereja selama enam belas tahun.

Penulis Seri Perjalanan Iman:

Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi