Yakobus
oleh Douglas EstesYakobus kini beralih ke masalah lain: kekayaan. Kita cenderung mengelompokkan orang ke dalam tiga golongan—kelas bawah, menengah, dan atas—tetapi para pemikir dan penulis di zaman kuno menggolongkan orang hanya ke dalam dua golongan: kaya dan miskin.
Pada umumnya orang cenderung menganggap bahwa pada zaman Yakobus, kebanyakan orang hidup miskin, terutama orang-orang Kristen. Namun, pada waktu Yohanes menulis kitab Wahyu, orang-orang Kristen di Laodikia dapat berkata bahwa kekayaan mereka telah membuat mereka hebat (Wahyu 3:17). Meski banyak pembaca Yakobus hidup miskin, ada sebagian dari mereka yang kaya secara materi. Banyak juga yang memperoleh keuntungan materi dari berkembangnya kelas pedagang yang disebabkan oleh perluasan kekaisaran Romawi2, meskipun para elite tetap menganggap mereka miskin. Selain itu, ada banyak orang yang meskipun tidak kaya secara materi tetapi bersikap merendahkan orang lain layaknya kaum elite (lihat Hari 11). Jadi, kemungkinan besar peringatan Yakobus ditujukan baik bagi orang kaya maupun mereka yang memang bertambah kaya atau bersikap seolah-olah sudah kaya.
Yakobus meminta perhatian pembacanya dengan berseru, “Dengarkanlah nasihat saya” (Yakobus 5:1 BIS). Ia berbicara kepada mereka dengan cara yang serupa dengan cara bicaranya sebelum ini. Jika kita kaya, seperti yang digambarkan Yakobus, kita harus bersiap-siap meratapi “sengsara” yang akan menimpa kita (ay.1). Peringatan itu diikuti dengan daftar masalah yang dikaitkan dengan orang kaya (ay.2-6): kekayaan yang sudah membusuk; menimbun harta; menolak membayar upah pekerja; berfoya-foya dalam kemewahan; menghukum dan membunuh orang yang tidak bersalah.
Penting untuk melihat bahwa setelah menyebutkan masalah-masalah tersebut, Yakobus tidak memberikan solusi sederhana tentang cara mengelola kekayaan. Jadi, kita dapat mengartikan bahwa kekayaan akan membawa banyak masalah ke dalam kehidupan orang percaya. Sama seperti banyak ucapan Yakobus yang lain, di sini ia mencerminkan pengajaran Yesus (ay.2, bandingkan Matius 6:19-21). Keduanya tidak menyatakan bahwa kekayaan itu sendiri bersifat dosa, melainkan bahwa kekayaan membuat orang rentan terhadap banyak dosa. Meskipun tidak kaya, banyak pembaca Yakobus memiliki sejumlah harta. Yakobus memperingatkan dengan tegas agar mereka tidak meniru kegagalan orang-orang kaya.
Banyak orang yang pada masa kini tidak menganggap diri mereka kaya sebenarnya termasuk kaya menurut ukuran hidup beberapa generasi silam. Dalam generasi mana pun, menyikapi kekayaan tidak pernah mudah. Meskipun kita sendiri mungkin tidak merasa kaya, janganlah kita mengikuti cara dunia berpikir atau bertindak, seperti yang telah diperingatkan oleh Yakobus. Berapa pun kekayaan materi yang kita miliki, harta kita yang sejati terletak di dalam karunia-karunia rohani yang dianugerahkan Allah supaya kita dapat memberkati orang lain di sekitar kita.
Bagaimana kekayaan dapat perlahan-lahan menggerogoti kehidupan rohani seseorang?
Bagaimana seseorang dapat hidup kaya dan nyaman di dunia kita sekarang ini, tetapi tetap menjaga diri untuk tidak jatuh ke dalam dosa?
Anda dapat memberi dampak yang berarti
Persembahan kasih seberapa pun memampukan Our Daily Bread Ministries untuk menjangkau orang-orang dengan hikmat Alkitab yang mengubah hidup.
Komentar (0)