Yakobus
oleh Douglas EstesSetelah mengangkat masalah pilih kasih (Hari 10, Yakobus 2:1-4) dan berbagai ironi di seputarnya (Hari 11, ay.5-7), Yakobus kemudian menunjukkan dari Alkitab mengapa sikap pilih kasih itu tidak benar. Orang Kristen tidak boleh hanya merasa bahwa suatu tindakan atau sikap itu salah, tetapi juga perlu mengacu kepada Kitab Suci untuk menentukan bagaimana seharusnya kita hidup. Itulah yang dilakukan Yakobus di sini.
Yakobus mengemukakan argumennya dari Kitab Suci dalam empat langkah: kemungkinan yang baik, kemungkinan yang buruk, satu prinsip yang mendukung kemungkinan-kemungkinan tersebut, dan satu contoh yang mendukung prinsip itu.
Kemungkinan yang baik (Yakobus 2:8): Jika kita dapat menjalankan “hukum utama” yang tercantum dalam Alkitab, kita akan mengambil pilihan-pilihan yang baik dalam hidup kita. Ini baru berupa kemungkinan, karena mengasihi sesama seperti diri kita sendiri tidaklah mudah! Namun, jika kita dapat melakukannya, barulah kita sungguh-sungguh telah berbuat baik dan benar. Namun, Yakobus menyiratkan bahwa kita tidak mungkin memenuhi hukum tersebut sepenuhnya, karena kita akan selalu menghadapi situasi-situasi yang menuntut kita untuk mengasihi sesama kita dengan lebih baik lagi.
Dalam Alkitab versi BIS, hukum utama ini disebut “hukum Kerajaan”. Mengapa demikian? Sangat mungkin Yakobus menggemakan apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Dalam pelayanan-Nya, Yesus menggunakan istilah “Kerajaan Allah” dan “Kerajaan Surga” untuk menolong kita memahami cara kerja Allah di tengah dunia. Mengasihi sesama seperti diri sendiri bukan hanya “hukum yang terutama” (Matius 22:37-40), tetapi juga merupakan dasar dari kehidupan dalam Kerajaan Allah. Allah mendorong kita untuk memiliki kehidupan yang berciri khas kasih kepada sesama.
Kemungkinan yang buruk (Yakobus 2:9): Yang berkebalikan dari hidup bagi Raja kita adalah kita bisa tergoda untuk hidup mengikuti cara-cara duniawi dan menunjukkan sikap pilih kasih. Jika kita mengambil pilihan yang buruk ini, kita pun berdosa, dan di mata Allah kita telah “melakukan pelanggaran.”
Prinsipnya (Yakobus 2:10): Yakobus mendukung kesimpulan dari kemungkinan yang buruk tadi, bahwa pilih kasih adalah tindakan yang melanggar hukum Allah, dengan menjelaskan bahwa melanggar satu bagian hukum sama dengan melanggar seluruh hukum. Ini berbeda dengan sistem hukum masa kini yang menempatkan setiap hukum berdiri sendiri. Sebagai hukum yang berasal dari Allah sendiri, hukum Allah bersifat utuh dan tidak terbagi-bagi, sama seperti seharusnya kesetiaan kita kepada Dia. Hal ini jelas dalam perkataan Yesus bahwa tidak satu bagian terkecilpun dari Taurat yang akan ditiadakan, sampai semuanya terjadi (Matius 5:18).
Contohnya (Yakobus 2:11): Akhirnya, Yakobus memberikan contoh untuk mendukung prinsip yang telah dijelaskannya. Jika Anda mematuhi satu hukum (yang melarang perzinahan), tetapi melanggar hukum yang lain (yang melarang pembunuhan), Anda tetap melanggar hukum Allah.
Ada dua macam hikmat: satu yang membawa kepada tindakan sesuai hukum Kerajaan, dan satu lagi yang membawa kepada pelanggaran. Jika kita pilih kasih, kita sedang mengikuti hikmat duniawi dan dalam pemberontakan terhadap rencana Allah. Syukurlah, Allah akan memberikan hikmat yang benar jika kita meminta kepada-Nya, sehingga kita dapat memuliakan Dia seumur hidup kita.
Mengapa hukum Allah begitu penting? Mengapa hukum tersebut lebih penting daripada hukum manusia? Mengapa kita harus mematuhi hukum Allah sebagai yang terutama di atas segalanya?
Bagaimana caranya agar kita tidak “melakukan pelanggaran” (Yakobus 2:9) sekalipun kita hidup dalam dunia yang terus-menerus menunjukkan sikap pilih kasih?
Anda dapat memberi dampak yang berarti
Persembahan kasih seberapa pun memampukan Our Daily Bread Ministries untuk menjangkau orang-orang dengan hikmat Alkitab yang mengubah hidup.
Komentar (0)