Yakobus

oleh Douglas Estes

Hari 14

Baca Yakobus 2:14-17

Hari ini kita membahas penegasan yang paling dikenal dari kitab Yakobus: “Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati” (Yakobus 2:17).

Perbuatan adalah bukti yang kelihatan dari iman yang sejati di dalam hati.

Membaca ayat ini sepintas lalu dapat membuat orang keliru menyimpulkan bahwa perbuatan akan menghasilkan keselamatan. Alhasil, begitu banyak tulisan tentang ayat ini selama 2.000 tahun terakhir, sehingga pemahaman kita tentang bagian dari kitab ini menjadi kabur. Kita bahkan kehilangan fokus dari kitab Yakobus itu sendiri. Ini amat disayangkan, karena apa yang diungkapkan Yakobus di sini tidak saja menarik dan sangat penting, tetapi juga sepenuhnya senada dengan semua bagian Alkitab yang lain.

Yakobus memulai dengan dua pertanyaan yang perlu direnungkan para pembacanya (ay.14). Ia ingin pembacanya sungguh-sungguh memikirkan hubungan antara iman dan perbuatan. Yang dimaksudkan Yakobus dengan “iman” adalah komitmen batiniah seseorang kepada Allah. “Perbuatan” adalah tindakan lahiriah seseorang, yang dikerjakan dalam ketaatan kepada perintah Allah. Yakobus bertanya kepada pembacanya untuk membayangkan mungkinkah seseorang mempunyai komitmen dalam hati tetapi tidak menunjukkan komitmen itu dalam tindakannya. Pertanyaan kedua, jika mungkin mempunyai iman seperti itu, apakah iman tersebut cukup untuk menempatkannya benar di hadapan Allah?

Lewat permulaan itu, Yakobus memberikan petunjuk kepada pembacanya bahwa ini adalah topik yang sulit. Ketegangan antara iman dan perbuatan yang mendorong kita untuk melihat hubungan antara keduanya dan bukannya memilih salah satu saja.

Selanjutnya Yakobus menyodorkan sebuah contoh untuk mendorong perenungan yang lebih mendalam atas pertanyaan-pertanyaan tadi. Dalam skenario ini, kita bertemu dengan seorang saudara seiman di jalan yang “tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari” (ay.15). Lagi-lagi, Yakobus mengajukan pertanyaan berupa pengandaian: Apa gunanya seseorang mempunyai perasaan yang baik di dalam hati terhadap orang yang membutuhkan tersebut, bahkan menyuarakan perasaan itu, tetapi tidak berbuat apa-apa untuk memenuhi kebutuhannya? Dengan kata lain, apa yang terjadi pada saudara seiman kita itu ketika kita mempunyai komitmen batiniah terhadap mereka, tetapi tidak menunjukkan sama sekali bukti nyata dari komitmen tersebut?

Maksud dari pertanyaan Yakobus itu adalah: Seberapa besar sesungguhnya kepedulian kita kepada orang miskin, apabila kita berkata bahwa kita peduli tetapi tidak menunjukkannya dalam tindakan nyata? Kepedulian terhadap orang lain yang tidak disertai bukti nyata bukanlah suatu kepedulian yang sungguh-sungguh. Demikian pula, kata Yakobus, apabila kita mempedulikan Allah di dalam hati tetapi tidak menunjukkannya secara lahiriah lewat tindakan, kepedulian tersebut tidak ada artinya. Iman itu mati. Jadi, apabila kita mengaku sebagai pengikut Kristus, dan mengaku mempunyai komitmen di dalam hati kepada Allah, tetapi tidak menunjukkan bukti komitmen tersebut lewat tindakan nyata, iman tersebut “pada hakekatnya adalah mati” (ay.17). Perbuatan adalah bukti yang kelihatan dari iman yang sejati di dalam hati.

Yakobus tahu benar bahwa Tuhan Yesus pernah menghadapi orang yang mengatakan bahwa mereka percaya tetapi sulit untuk bertindak menurut imannya tersebut (lihat Matius 19:16-26). Yakobus mengerti bahwa meskipun sulit, perbuatanlah yang membuat iman kita menjadi hidup. Kiranya kita mau bersungguh-sungguh melakukan perbuatan nyata di dalam nama Tuhan Yesus, sehingga iman kita kepada-Nya menjadi hidup!


Renungkan:

Seperti apa ketegangan yang terjadi antara iman dan perbuatan Anda dalam kehidupan sehari-hari? Bagaimana cara Anda memastikan bahwa perbuatan Anda berasal dari iman yang sejati?

Menurut Anda, mengapa Yakobus lebih memilih memberikan gambaran yang bersifat pengandaian daripada langsung memerintahkan apa yang harus kita perbuat?

comment

journal

share


writer1

Tentang Penulis

Douglas Estes (PhD, Nottingham) adalah lektor kepala dalam bidang Perjanjian Baru dan teologi praktika di South University. Beliau adalah editor jurnal teologi Didaktikos, dan kontributor tetap untuk topik seputar ilmu pengetahuan bagi Christianity Today. Douglas telah menulis atau menyunting delapan buku, sejumlah besar esai, artikel, dan tinjauan untuk berbagai terbitan umum maupun ilmiah. Beliau pernah melayani sebagai gembala gereja selama enam belas tahun.

Penulis Seri Perjalanan Iman:

Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi