Yakobus
oleh Douglas EstesYakobus sekarang membahas keberatan-keberatan yang sudah ia perkirakan terhadap pernyataannya tentang iman dan perbuatan (Hari 14, Yakobus 2:14-17). Di dalamnya terdapat serangkaian contoh dan pertanyaan.
Keberatan utama yang diperkirakan Yakobus adalah pendapat yang menyatakan bahwa iman dan perbuatan bisa dipisahkan; ada orang yang cukup memiliki iman dan yang lain cukup memiliki perbuatan, mirip seperti karunia rohani (ay.18). Ini tidak mungkin! Yakobus menantang orang yang berkata demikian untuk menunjukkan “iman itu tanpa perbuatan” (ay.18). Oleh karena iman adalah komitmen batiniah, bagaimana seseorang dapat menunjukkannya secara lahiriah jika tidak melalui perbuatan? Dengan kata lain, itu mustahil. Yakobus memberi tahu lawan-lawannya bahwa karena ia mempunyai iman yang sejati, ia dapat menunjukkan imannya secara lahiriah—yaitu melalui perbuatannya. Iman yang sejati ditunjukkan melalui perbuatan yang penuh kasih kepada sesama.
Yakobus menyoroti bahwa para penantangnya mungkin memiliki teologi yang akurat—mereka percaya hanya ada satu Allah (ay.19). Namun, ia kemudian menggunakan ungkapan hiperbola untuk menyatakan bahwa makhluk yang terburuk sekalipun—setan-setan—mempunyai “teologi yang benar” dalam hal itu, karena mereka juga percaya hanya ada satu Allah. Meskipun demikian, setan tidak mempunyai komitmen kepada Allah yang satu itu, dan mereka juga tidak melakukan perbuatan baik yang didasari atas pengorbanan Kristus.
Setelah menyebut para penantangnya “bebal” (ay.20), Yakobus kemudian mengajukan serangkaian pertanyaan. Walaupun para pembaca suratnya bukanlah penantangnya, Yakobus menggunakan retorika untuk menempatkan para pembacanya di tengah perdebatan tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut disajikan dalam dua contoh. Pertama, perbuatan Abraham (ay.21-24). Yakobus bertanya apakah perbuatan Abraham—kerelaannya mempersembahkan Ishak—yang membuat ia dibenarkan (lihat Ibrani 11:17). Pernyataan Yakobus selanjutnya mungkin yang terpenting. “Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna” (Yakobus 2:22). Yakobus tidak mendukung perbuatan semata, tetapi tidak pula meremehkan iman. Sebaliknya, ia menjelaskan bahwa iman dan perbuatan adalah dua bagian dari satu pribadi yang sungguh-sungguh mengikuti Kristus.
Kedua, perbuatan Rahab si pelacur (ay.25-26). Yakobus bertanya apakah perbuatan Rahab—merisikokan nyawanya untuk membantu musuhnya—yang membuatnya dibenarkan. Jawabannya jelas. Perbuatan Rahab adalah ungkapan imannya (Yosua 2:9-11). Dengan contoh dari Abraham (seorang laki-laki, leluhur bangsa Israel), dan Rahab (perempuan dari bangsa asing), Yakobus menunjukkan bahwa iman harus disertai dengan perbuatan bagi semua orang percaya.
Prediksi Yakobus akan pertentangan terhadap penjelasannya tentang relasi antara iman dan perbuatan sebenarnya menggemakan kritik Tuhan Yesus terhadap orang Farisi (contohnya di Matius 12:33-37). Seseorang mungkin berpendapat bahwa kepercayaan yang benar sudah cukup untuk menyenangkan Allah. Jika benar, apakah itu juga berarti perbuatan yang benar cukup untuk menyenangkan Allah?
Untuk menyenangkan Allah, kita harus percaya dan berbuat sesuai kepercayaan itu (Ulangan 11:26-28). Perbuatan yang benar dimulai dari kepercayaan yang benar, dan kepercayaan yang benar dibuktikan dengan perbuatan yang benar. Hari ini, marilah menjawab pertanyaan pengandaian Yakobus dengan hidup kita—hidup dengan iman kepada Kristus dan perbuatan bagi Dia.
Mengapa iman yang benar saja tidak cukup?
Perhatikanlah apakah iman Anda bertentangan dengan perbuatan Anda selama ini? Bagaimana cara Anda membandingkan keduanya?
Anda dapat memberi dampak yang berarti
Persembahan kasih seberapa pun memampukan Our Daily Bread Ministries untuk menjangkau orang-orang dengan hikmat Alkitab yang mengubah hidup.
Komentar (0)