Yakobus
oleh Douglas EstesSampai sejauh ini, Yakobus menyapa pembacanya dengan sebutan hangat, “saudara-saudara” (Yakobus 1:2,16,19; 2:1,5,14; 3:10,12). Namun, dalam bagian ini, dengan dingin ia menyebut mereka sebagai “orang-orang yang tidak setia” (4:4) atau “pezina” dalam versi lain. Kata-kata ini terdengar kasar bagi kita di masa kini, tetapi Yakobus tidak sedang menuduh para pembacanya melakukan percabulan. Ia mengikuti tradisi Perjanjian Lama yang menggunakan perzinaan sebagai disfemisme (ungkapan vulgar untuk menegaskan suatu maksud) dalam menggambarkan seseorang yang telah berlaku tidak setia kepada Allah (lihat Yeremia 3:8, Yehezkiel 16:32).
Mengapa Yakobus berubah menggunakan kata-kata tajam seperti itu? Masalah ini terjadi karena beberapa pembacanya telah menunjukkan “persahabatan dengan dunia” (Yakobus 4:4). Yakobus bertanya kepada para pembacanya apakah mereka tahu bahwa persahabatan dengan dunia (yaitu usaha manusia untuk menciptakan masyarakat yang terpisah dari Allah) sama dengan membenci Allah.
Bagi kita di zaman modern, tuduhan seperti ini terdengar sedikit ekstrem. Namun, kata kunci di sini adalah “persahabatan”—sebuah kata yang mengandung banyak arti saat ini, terutama dengan berkembangnya media sosial. Bagi Yakobus dan para pembacanya, “persahabatan” berarti “pertemanan yang erat” atau bahkan “pengabdian” atau “loyalitas”.
Yakobus tidak menyatakan bahwa mereka yang mengenal dunia (hubungan yang lemah) adalah pembenci Allah. Namun, yang dimaksudkannya adalah apabila Anda bersekutu dengan dunia (hubungan yang kuat), loyalitas Anda menunjukkan suatu “permusuhan dengan Allah” yang mendalam (ay.4). Karena manusia adalah ciptaan Allah yang istimewa, dan Dia mengasihi kita, maka jika manusia membenci Dia dan bersatu dengan dunia, mereka telah menyerahkan diri mereka kepada dunia dan menjadi “pezina” yang menyeleweng dari persekutuan dengan Allah.
Yakobus tegas mengatakan bahwa bersekutu dengan dunia menjadikan Anda musuh Allah—tidak ada jalan tengah. Untuk memperkuat argumennya, Yakobus mengutip Kitab Suci sebanyak dua kali.
Referensi pertama (ay.5) tidak begitu jelas bagi kita saat ini, karena ini ayat yang sangat sulit utuk diterjemahkan. Yakobus mungkin mencoba mengingatkan kita bahwa Allah cemburu atas kita, karena Roh-Nya yang tinggal di dalam kita mendesak Dia untuk menghendaki kita setia kepada-Nya. Mungkin juga Yakobus memperingatkan kita bahwa sifat manusiawi kita penuh dengan keegoisan, dan inilah yang mendorong kita untuk bersekutu dengan dunia. Bagaimanapun juga, kasih karunia Allah selalu lebih besar (ay.6).
Referensi kedua diambil dari Amsal 3:34, yang diadaptasi Yakobus untuk menekankan bahwa ketika kita menjauhkan diri dari persekutuan dengan dunia dan menundukkan diri kepada Allah dan kepada kehendak-Nya bagi hidup kita, Dia tidak akan menentang pekerjaan kita melainkan akan mendukungnya dengan kasih karunia-Nya yang besar bagi kita.
Ada hikmat yang datang dari dunia, dan ada hikmat yang berasal dari Allah. Ketika kita mendengarkan Allah, kita menolak dunia, dan Allah yang baik akan mencurahkan kasih karunia-Nya kepada kita. Marilah memutuskan persekutuan kita dengan dunia dan menyerahkan diri kita setiap hari kepada Allah kita yang baik.
Apa bentuk “perzinaan“ yang kita lakukan terhadap Allah dalam hidup sehari-hari?
Seperti apa bentuk konkret dari “memutuskan” persekutuan atau persahabatan kita dengan dunia?
Anda dapat memberi dampak yang berarti
Persembahan kasih seberapa pun memampukan Our Daily Bread Ministries untuk menjangkau orang-orang dengan hikmat Alkitab yang mengubah hidup.
Komentar (0)