Yakobus
oleh Douglas EstesSebelum menutup suratnya, Yakobus menasihatkan dua tindakan positif yang harus ditunjukkan orang percaya di dalam hidup mereka. Yang pertama adalah berdoa—berbicara dengan Allah—untuk membawa pujian, pengakuan dosa, dan kesembuhan.
Yakobus memulai dengan menyebut tiga kemungkinan (Yakobus 5:13-14). Jika seseorang mengalami salah satu dari tiga hal ini—menderita, bergembira, atau sakit—doa menjadi jawabannya. Jika kita berada dalam kesulitan, kita harus membawa kesulitan itu kepada Allah. Jika kita bergembira, kita harus datang kepada Allah dengan ucapan syukur. Jika kita sakit, kita harus meminta jemaat mendoakan kesembuhan kita.
Mungkin ada di antara kita yang merasa kesulitan untuk menyandingkan doa meminta kesembuhan dengan doa permohonan untuk pertolongan atau ucapan syukur. Namun, perkataan Yakobus menunjukkan bahwa doa meminta kesembuhan sama wajarnya dengan doa memohon kelepasan dari situasi yang sulit. Jika kita memohon Allah untuk menyelamatkan kita dari bahaya, kita juga patut mengharapkan Dia melakukan hal yang sama ketika kita sakit (ay.15). Demikian pula, kata Yakobus selanjutnya, ketika kita memohon Allah untuk bekerja di dalam hidup kita melalui doa, kita juga patut memohon ampun atas dosa-dosa kita (ay.15). Jika kita memohon, Allah akan mengampuni.
Dari sudut pandang masa kini, mungkin janggal melihat Yakobus menghubungkan kesembuhan fisik dengan pengampunan dosa. Biasanya kita memisahkan kedua hal tersebut. Pengobatan modern dibangun atas pemikiran bahwa pengobatan fisik adalah untuk penyakit fisik, dan tidak berusaha membahas peran doa atau pengampunan dosa dengan kesembuhan. Namun, pada zaman Yakobus, orang menganggap kedua hal tersebut berhubungan. Banyak orang percaya bahwa dosa mempengaruhi kesehatan fisik, bahkan sampai menyebabkan sakit (Yohanes 9:2).
Sebagai orang percaya, kita tahu bahwa terdapat hubungan yang erat antara jiwa, roh, dan tubuh kita—sisi yang tidak dapat diterangkan oleh pengobatan modern. Oleh karena itu, ketika kita sakit, kita datang kepada dokter untuk diobati secara fisik, tetapi kita juga datang kepada Allah dalam doa baik untuk kesembuhan maupun untuk pengampunan dosa. Kita juga datang kepada saudara-saudari seiman di dalam Kristus, saling mengaku dosa agar kita diampuni, dan berdoa bersama untuk memohon kesembuhan (Yakobus 5:16). Ketika kita sakit, pengobatan memang menjadi sarana bagi kesembuhan fisik, tetapi biarlah kita sepenuhnya berharap kepada Tuhan.
Yakobus menerangkan dengan menggunakan contoh dari hidup Elia (ay.17-18). Meski demikian, ia tidak ingin pembacanya mengidolakan atau mengagungkan sang nabi; Yakobus mengatakan bahwa “Elia adalah manusia biasa sama seperti kita (ay.17). Elia “telah bersungguh-sungguh berdoa” dalam iman, dan Allah menjawab doanya. Kemudian, Elia berdoa pula dengan sungguh-sungguh dalam iman, untuk hal yang sebaliknya, dan Allah kembali menjawab doanya.
Ketika kita sungguh-sungguh berdoa dengan iman, Allah bekerja. Bukan karena Dia harus melakukannya, tetapi karena Dia mau melakukannya. Ingatlah: “Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya” (ay.16).
Kapan kita harus berdoa? Apa yang harus kita doakan? Bagaimana contoh doa yang Yakobus berikan dapat meningkatkan kehidupan doa kita?
Apa yang dimaksudkan Yakobus ketika ia berbicara mengenai “doa yang lahir dari iman” (Yakobus 5:15)? Apa bedanya doa seperti itu dengan doa-doa lainnya (misalnya, doa memohon keberuntungan atau doa yang timbul dari kebutuhan, atau doa sejenis yang dinaikkan oleh orang-orang yang tidak percaya)?
Anda dapat memberi dampak yang berarti
Persembahan kasih seberapa pun memampukan Our Daily Bread Ministries untuk menjangkau orang-orang dengan hikmat Alkitab yang mengubah hidup.
Komentar (0)