Yakobus

oleh Douglas Estes

Hari 8

Baca Yakobus 1:22-25

Meski firman Allah telah tertanam dalam diri orang-orang percaya, Yakobus mengingatkan kita bahwa masih ada bahaya dari sikap mendengar firman tetapi menganggap bahwa mendengar saja sudah cukup. Yakobus menyatakannya dengan jelas: Jika kita mendengar firman Allah tetapi tidak melakukannya, kita telah menipu diri kita sendiri (Yakobus 1:22). Kita harus mendengar dan menaatinya. Mendengar saja tidak cukup.

Kita harus mendengar dan menaatinya. Mendengar saja tidak cukup.

Mungkin saja selama ini kita sekadar mendengar firman Allah. Kita bisa pergi ke gereja, mendengarkan pendeta mengkhotbahkan satu bagian dari Alkitab, dan dinasihati untuk melakukan perubahan dalam hidup kita—tetapi kemudian sepulang dari gereja, kita melupakan apa yang sudah kita dengar. Masalah itu juga terjadi di zaman lampau. Yakobus pasti menyadari bahwa banyak orang yang mendengar Yesus justru pergi meninggalkan-Nya dan mengabaikan seruan-Nya untuk melakukan firman-Nya (lihat Yohanes 6:66).

Untuk menegaskan hal ini, Yakobus memakai analogi seseorang yang bercermin tetapi kemudian tidak lagi ingat seperti apa rupanya (Yakobus 1:23-25). Kita menjadi seperti orang itu jika kita mendengar firman Allah tetapi tidak menaatinya. Pada zaman silam cermin kaca tidaklah sebanyak sekarang, tetapi sebagian besar orang setidaknya bisa melihat bayangannya pada permukaan logam yang mengkilat. Lebih penting lagi, pada masa itu, cermin menjadi simbol dari perhatian yang diberikan seseorang kepada dirinya sendiri.

Ketika Yakobus berbicara tentang seseorang yang melihat cermin lalu lupa, secara tidak langsung ia menyatakan bahwa orang tersebut berpikiran dangkal dan kekurangan berhikmat. Apa yang dilihatnya pada cermin itu tidak memberikan dampak apa-apa pada dirinya.

Yakobus kemudian menjelaskan bahwa jika kita memperhatikan perintah Allah atas hidup kita dan melakukannya—serta terus bertekun mengerjakannya—maka Allah akan memberkati kita karena ketaatan kita (ay.25). Orang yang sungguh-sungguh memperhatikan perintah Allah, merenungkan, mengingat-ingat, dan melakukan firman itu tidak akan melupakan perintah-perintah tersebut karena apa yang telah dilakukannya telah mengubah dirinya—juga mengubah caranya menjalani hidup di dunia ini.

Ketika kita menaati Allah dan mengikuti hikmat yang diberikan-Nya bagi hidup kita, kita akan diberkati dalam apa yang kita lakukan (ay.25).


Renungkan:

Ketika kita mendengar firman Tuhan, bagaimana kita dapat mengetahui apa yang Allah ingin kita lakukan? Bagaimana kita bisa yakin bahwa kita sedang mendengarkan perintah Allah, bukan keinginan kita sendiri? Langkah praktis apa saja yang perlu kita ambil?

Apa yang diperintahkan Alkitab untuk kita lakukan supaya kita menerima berkat-berkat dari Allah? Langkah praktis apa saja yang perlu kita ambil untuk menerima berkat tersebut?

comment

journal

share


writer1

Tentang Penulis

Douglas Estes (PhD, Nottingham) adalah lektor kepala dalam bidang Perjanjian Baru dan teologi praktika di South University. Beliau adalah editor jurnal teologi Didaktikos, dan kontributor tetap untuk topik seputar ilmu pengetahuan bagi Christianity Today. Douglas telah menulis atau menyunting delapan buku, sejumlah besar esai, artikel, dan tinjauan untuk berbagai terbitan umum maupun ilmiah. Beliau pernah melayani sebagai gembala gereja selama enam belas tahun.

Penulis Seri Perjalanan Iman:

Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi