Ester

oleh Peter Lau

Hari 17

Baca Ester 6:7-11

Raja bertanya kepada Haman, “Apakah yang harus dilakukan kepada orang yang raja berkenan menghormatinya?” (6:6). Tentu saja, Haman yang berbangga diri itu segera menyimpulkan bahwa raja hendak memberikan penghormatan kepadanya! “Kepada siapa lagi raja berkenan menganugerahkan kehormatan lebih dari kepadaku?” (6:6) begitu pikirnya.

Terlalu mementingkan diri sendiri menjadikan kita buta dan tak mampu melihat apa yang terjadi di sekeliling kita.

Jadi, apa yang diusulkan Haman kepada raja? “Hendaklah diambil pakaian kerajaan yang biasa dipakai oleh raja sendiri, dan lagi kuda yang biasa dikendarai oleh raja sendiri dan yang diberi mahkota kerajaan di kepalanya” (6:8). Jika dibandingkan dengan kisah Yusuf sewaktu mendapat kehormatan dari Firaun (Kejadian 41:42-43), permintaan Haman itu jauh lebih besar daripada yang diterima Yusuf. Yusuf memakai pakaian dari kain halus dengan kalung emas di lehernya, menaiki kereta kerajaan yang kedua, dan orang-orang berseru, “Hormat!” Sebaliknya, Haman meminta jubah (simbol kekuasaan raja sendiri) dan kuda milik raja, serta menginginkan pengukuhan itu diumumkan oleh salah seorang pembesar raja (Ester 6:9). Haman sudah memiliki cincin meterai raja; ibaratnya, bahkan istri raja pun bisa ia minta kalau mau! Haman bisa saja meminta kekuasaan atau kekayaan. Akan tetapi, yang ia minta justru menyingkapkan apa yang paling ia dambakan: penghormatan dan pemujaan.

Yang ironis dari peristiwa ini adalah obrolan raja dan Haman sebenarnya tidak sejalan, sehingga titah raja selanjutnya sangat mengagetkan Haman. Raja berkata, “Segera ambillah pakaian dan kuda itu, seperti yang kaukatakan itu, dan lakukan demikian kepada Mordekhai, orang Yahudi, yang duduk di pintu gerbang istana” (6:10). Pasti Haman terbelalak kaget bukan kepalang! Penghormatan itu ternyata bukan untuknya melainkan untuk musuh bebuyutannya! Bagi pembaca, sungguh menggelikan (tetapi bagi Haman pasti menyakitkan) bagaimana Haman diperintahkan raja untuk melakukan kepada Mordekhai sesuatu yang selama ini membuat Haman jengkel. Haman harus mengarak orang Yahudi yang ingin ia hukum mati, dan terhadap orang yang menolak menghormatinya itu, ia harus menyerukan, “Beginilah dilakukan kepada orang yang raja berkenan menghormatinya!” (6:11).

Namun, kisah ironis ini juga mengungkapkan kepada kita akibat buruk dari kesombongan: kita menjadi buta olehnya. Terlalu mementingkan diri sendiri menjadikan kita buta dan tak mampu melihat apa yang terjadi di sekeliling kita.

Haman memang pantas berbangga diri: ia menerima cincin meterai raja, yang artinya ia diangkat sejajar dengan perdana menteri, dan ia juga diundang dalam perjamuan makan eksklusif bersama raja dan ratu. Namun, seandainya Haman sedikit lebih rendah hati, ia bisa menanyakan terlebih dahulu siapa yang hendak dihormati raja. Jika demikian, mungkin ceritanya akan lain.


Renungkan:

Bagaimana karakter Haman mewujudkan pesan Amsal, “Jikalau keangkuhan tiba, tiba juga cemooh, tetapi hikmat ada pada orang yang rendah hati” (Amsal 11:2)?

Bacalah Filipi 2:1-11. Bagaimana teladan Yesus mendorong kita untuk merendahkan diri dan memikirkan kepentingan orang lain?

comment

journal

share


writer1

Tentang Penulis

Peter Lau telah mengajar Perjanjian Lama di Seminari Theoloji Malaysia sejak tahun 2010. Beliau seorang praktisi medis terlatih yang bergelar PhD dalam Perjanjian Lama dan telah menulis buku tentang Rut, Yehezkiel, Mazmur, serta Ester.

Penulis Seri Perjalanan Iman:

Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi