Ester

oleh Peter Lau

Hari 2

Baca Ester 1:9-15

Dalam dongeng karya Hans Christian Andersen berjudul “Jubah Baru Kaisar,” dikisahkan seorang raja angkuh yang berjalan dalam arak-arakan di hadapan rakyatnya. Ia ditipu oleh tukang jahit yang mengatakan bahwa pakaiannya terbuat dari benang ajaib yang tak bisa dilihat oleh orang-orang bodoh, tetapi sesungguhnya ia tak mengenakan sehelai benang pun. Di balik segala kemegahan dan semaraknya, orang seperti apakah Raja Ahasyweros?

Dialah Raja sejati yang menaati kehendak Bapa-Nya dan menggunakan kekuasaan-Nya demi kebenaran dan keadilan.

Saat sang raja mengadakan perjamuan, ratunya pun demikian. Ratu Wasti menggelar pesta khusus untuk para wanita. Pada hari ketujuh dalam perjamuan kedua, Raja Ahasyweros sedang “riang gembira hatinya karena minum anggur” (1:10). Mungkin ini cara halus untuk mengatakan bahwa ia sedang mabuk. Saat itu, pikirannya tidak lurus, dan hal buruk bisa saja terjadi. Ternyata benar. Pikir raja, alangkah baiknya bila ia memamerkan permaisurinya, yakni sang ratu, di hadapan kumpulan tamu-tamu yang sedang mabuk. Ahasyweros telah menampilkan kekuasaan dan hartanya, kini ia hendak mempertontonkan objek lain, yaitu istrinya sendiri. Diperintahkannya tujuh sida-sida untuk memanggil ratu.

Di ayat 11, kecantikan Ratu Wasti yang rupawan disebut hingga dua kali. Zaman sekarang, hal ini ibarat seorang pria yang ingin memamerkan istri kebanggaannya yang masih muda.

Namun, Ratu Wasti menolak.

Ahasyweros pun murka (1:12). Alangkah ironis! Orang paling berkuasa di dunia yang merajai 127 provinsi tak memperoleh hormat dari istrinya sendiri. Sang ratu tidak mau taat kepada sang raja besar.

Karena merasa dipermalukan, raja meminta pendapat para penasihat hukum Persia tentang langkah yang harus diambil (1:13).

Sejauh ini, hanya satu raja yang kita temui, yaitu Ahasyweros. Mari kita bandingkan dengan raja lain yang juga ada dalam kisah ini. Yang satu kelihatan, yang lainnya tidak. Meskipun “raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar bermufakat bersama-sama melawan Tuhan dan yang diurapi-Nya, . . . Dia, yang bersemayam di sorga, tertawa; Tuhan mengolok-olok mereka” (Mazmur 2:2-4). Kita tahu bahwa raja-raja dunia ini tak ada apa-apanya di hadapan Allah. Sebaliknya, Raja Yang Diurapi Allah (Kisah Para Rasul 4:25-27), yaitu Yesus, Sang Raja semesta, berkuasa selamanya. Dialah Raja sejati yang menaati kehendak Bapa-Nya dan menggunakan kekuasaan-Nya demi kebenaran dan keadilan.


Renungkan:

Dalam hal apa saja Anda merasa bisa memegang kendali, padahal tidak? Setelah menyadari bahwa Allah berkuasa mengendalikan segala sesuatu, kita sanggup menghadapi ketidakadilan dalam hidup ini. Pernahkah Anda mengalami hal tersebut?

Setelah menyadari bahwa Allah adalah penguasa tertinggi, bagaimana Anda menyikapi para penguasa dunia yang kerap berlaku tidak adil?

comment

journal

share


writer1

Tentang Penulis

Peter Lau telah mengajar Perjanjian Lama di Seminari Theoloji Malaysia sejak tahun 2010. Beliau seorang praktisi medis terlatih yang bergelar PhD dalam Perjanjian Lama dan telah menulis buku tentang Rut, Yehezkiel, Mazmur, serta Ester.

Penulis Seri Perjalanan Iman:

Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi