Ester

oleh Peter Lau

Hari 9

Baca Ester 3:7-11

Cerita dimulai dengan adegan Haman membuang undi (atau “pur”). Ia percaya takhayul dan ingin menentukan tanggal terbaik untuk melakukan rencananya (3:7). Setelah menetapkan harinya, Haman menghadap raja untuk menyampaikan permintaan tersebut.

Sayangnya, kebencian terhadap umat Allah tak hanya terjadi pada zaman Ester.

Alasan yang dipakainya merupakan campuran antara kebenaran, setengah kebenaran, dan dusta. Memang benar bahwa ada “suatu bangsa yang hidup tercerai-berai” di antara bangsa-bangsa dalam Kerajaan Persia (3:8). Hanya setengah benar saat dikatakan bahwa “hukum mereka berlainan” (3:8) sebab meskipun orang-orang Yahudi menaati hukum Taurat, setidaknya Ester pasti telah melanggar sebagian hukum itu agar bisa berbaur di istana raja. Misalnya, ia menikah dengan orang asing dan kemungkinan besar ia juga makan makanan yang najis (bandingkan Daniel 1). Terakhir, Haman berbohong saat mengatakan bahwa “tidak patut bagi raja membiarkan mereka leluasa” (Ester 3:8), karena kita tahu bahwa Mordekhai justru menyelamatkan nyawa raja.

Untuk semakin melicinkan maksudnya, Haman menggelontorkan uang suap sebesar 10.000 talenta (sekitar 340 ton) perak (3:9). Jumlah ini diperkirakan lebih besar dari setengah pendapatan pajak tahunan dari seluruh Kerajaan Persia. Mungkin Haman mengira ia akan bisa merampas jumlah yang lebih besar dari orang-orang Yahudi setelah ia memusnahkan mereka. Dengan cara licik ini, Haman menipu Raja Ahasyweros agar menyetujui pemusnahan umat Allah. Ketetapan itu kemudian dimeteraikan (3:10). Raja menyerahkan cincin meterai (simbol otoritasnya) bersama uang dan orang Yahudi kepada Haman untuk diperlakukan seperti yang dipandangnya baik (3:11). Jadi, celakalah bangsa Israel ketika Haman yang adalah “seteru orang Yahudi” (3:10) menerima wewenang raja untuk melakukan apa saja yang ia mau.

Sayangnya, kebencian terhadap umat Allah tak hanya terjadi pada zaman Ester. Hal yang sama terjadi di sepanjang sejarah Israel. Bahkan pada masa kini, tetap ada orang-orang yang menganiaya dan membunuh orang Kristen. Para penganiaya kita bisa menggunakan alasan yang sepenuhnya benar, setengah benar, dan kebohongan total untuk menghasut penguasa agar melawan kita. Yesus menggambarkan iblis sebagai “pembunuh manusia sejak semula” yang memakai dusta, sebab “ia adalah pendusta dan bapa segala dusta” (Yohanes 8:44). Fitnah dilontarkan terhadap Yesus untuk membunuh-Nya. Fitnah juga ditimpakan kepada para pengikut Yesus dalam Kisah Para Rasul 17:6-7.

Jadi, sayangnya, kasus Haman bukanlah satu-satunya. Sepanjang sejarah, banyak orang seperti Haman yang telah memfitnah dan berupaya menyingkirkan umat Allah. Mereka akan terus melakukannya hari-hari ini. Namun, Yesus meyakinkan kita bahwa Dia akan menyertai kita dengan Roh-Nya, bahkan sampai kepada akhir zaman (Yohanes 14:15-17; Matius 28:20).


Renungkan:

Bagaimana kita memandang kebohongan yang dilemparkan terhadap orang Kristen zaman ini (lihat Yohanes 8:44)? Bagaimana seharusnya kita menanggapinya?

Bacalah Wahyu 2:8-11. Jemaat di Smirna menghadapi fitnah dan penyiksaan. Fitnah dan aniaya apa yang pernah Anda alami sebagai orang Kristen? Kekuatan dan penghiburan apa yang bisa Anda dapatkan dari perkataan Yesus?

comment

journal

share


writer1

Tentang Penulis

Peter Lau telah mengajar Perjanjian Lama di Seminari Theoloji Malaysia sejak tahun 2010. Beliau seorang praktisi medis terlatih yang bergelar PhD dalam Perjanjian Lama dan telah menulis buku tentang Rut, Yehezkiel, Mazmur, serta Ester.

Penulis Seri Perjalanan Iman:

Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi