Ester

oleh Peter Lau

Hari 21

Baca Ester 7:10

Bacaan hari ini memberikan pelajaran tentang amarah. Kita baru saja melihat Raja Ahasyweros murka saat mendapati Haman “menjatuhkan diri” ke arah istrinya (7:8 BIS). Murkanya baru surut setelah Haman disulakan (7:10). Sebelumnya, raja murka karena Ratu Wasti menolak menghadapnya (1:12). Ia menyikapinya dengan menyingkirkan Ratu Wasti untuk selama-lamanya. Setelah murkanya surut, ia baru teringat akan apa yang telah dilakukannya terhadap Wasti (2:1).

Alkitab memperingatkan kita tentang kebodohan orang yang tidak mengekang amarahnya,

Dalam kisah ini, raja bukanlah satu-satunya orang yang terbakar amarah. Dua sida-sida yang merencanakan pembunuhan terhadap raja juga diliputi amarah (2:21), dan hal itu membuat mereka dihukum mati (2:23). Haman juga merasakan kemarahan. Dua kali ia “panas hati” ketika melihat Mordekhai tidak mau bersujud menghormatinya (3:5; 5:9).

Kemarahan raja berujung pada dienyahkannya ratu dan petinggi kerajaannya. Kemarahan Haman mendorongnya menghabisi Mordekhai. Kemarahan dua sida-sida membuat mereka hendak membunuh raja, tetapi justru berakhir dengan kebinasaan mereka sendiri. Dalam semua kasus itu, kemarahan orang-orang tersebut meluap karena merasa diperlakukan tidak adil atau diremehkan. Dengan kata lain, amarah yang disebabkan oleh sifat mementingkan diri sendiri. Mungkin memang wajar mereka merasa diperlakukan tidak adil, tetapi sikap mementingkan diri sendiri membuat mereka bertindak sembrono dan terburu-buru.

Alkitab memperingatkan kita tentang kebodohan orang yang tidak mengekang amarahnya, baik dalam Perjanjian Lama (misalnya Amsal 14:16,17,29; Pengkhotbah 7:9) maupun Perjanjian Baru (misalnya Yakobus 1:19-20). Warga Kerajaan Allah tidak sepatutnya dikuasai oleh “amarah”, yaitu kemarahan yang tidak terkendali (Galatia 5:19-20; Kolose 3:8). Namun, adakalanya kemarahan itu perlu. Kemarahan Yesus adalah kemarahan yang benar, bukan lahir dari kepentingan pribadi. Dia marah kepada orang Farisi, dan juga para penukar uang di Bait Allah (Markus 3:5; Yohanes 2:14-16). Rasul Paulus mengizinkan orang Kristen marah, tetapi amarah kita harus ada batasnya. Apabila marah, kita harus berhati-hati, “janganlah kita berbuat dosa” (Efesus 4:26-27). Marilah kita menjaga diri agar kemarahan tidak menguasai kita.


Renungkan:

Situasi apa saja yang dapat menyulut kemarahan Anda?

Bacalah Galatia 5:16-26. Bagaimana caranya agar kita tidak “menuruti keinginan daging” termasuk “amarah”?

comment

journal

share


writer1

Tentang Penulis

Peter Lau telah mengajar Perjanjian Lama di Seminari Theoloji Malaysia sejak tahun 2010. Beliau seorang praktisi medis terlatih yang bergelar PhD dalam Perjanjian Lama dan telah menulis buku tentang Rut, Yehezkiel, Mazmur, serta Ester.

Penulis Seri Perjalanan Iman:

Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi