Ester

oleh Peter Lau

Hari 3

Baca Ester 1:16-22

Penasihat hukum raja berada dalam posisi sulit. Raja baru saja bertanya, “Apakah yang harus diperbuat atas ratu Wasti menurut undang-undang, karena tidak dilakukannya titah raja Ahasyweros yang disampaikan oleh sida-sida?” (1:15). Memukan, salah seorang penasihat raja, tidak menjawab pertanyaan itu secara langsung. Sebaliknya, ia berkelit dengan memberikan peringatan akan kemungkinan munculnya akibat yang meresahkan dari pelanggaran sang ratu. Ia memperkirakan bahwa ketidaktaatan ratu akan memicu pembangkangan para istri di seluruh penjuru Kerajaan Persia: mereka akan berani bersikap kurang ajar dan tidak menghormati suaminya. Hal ini akan terjadi mula-mula dalam rumah tangga para bangsawan “sehingga berlarut-larutlah penghinaan dan kegusaran” (1:16-18)!

Memang betul istri wajib menghormati suami mereka; tetapi suami juga harus mengasihi istrinya “sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya” (Efesus 5:25).

Guna melawan ancaman “berbahaya” terhadap otoritas itu, Memukan menyarankan agar disusun undang-undang Persia yang baru: Ratu Wasti harus dilarang menghadap Raja Ahasyweros (1:19). Ironis sekali, apa yang dahulu ia tolak sekarang menjadi keputusan tertulis! Wasti dicopot dari jabatan ratu dan kedudukannya diberikan kepada orang lain. Raja menerbitkan surat perintah resmi yang isinya, “semua perempuan akan memberi hormat kepada suami mereka” (1:20) dan bahwa “setiap laki-laki harus menjadi kepala dalam rumah tangganya” (1:22). Betapa senangnya para suami membaca perintah ini. Saya membayangkan mereka petantang-petenteng di rumah mereka bak raja di istananya.

Demikianlah keputusan raja dikirim melalui surat ke seluruh penjuru kerajaan (1:22). Yang ironis, sebagian besar rakyat kerajaan itu mungkin sebetulnya tidak tahu tentang peristiwa memalukan yang dialami sang raja. Namun, karena surat tersebut, mereka semua jadi tahu!

Saat merenungkan perintah raja itu, sadarlah kita betapa konyolnya hal tersebut. Kita tak bisa membuat aturan agar seseorang menghormati orang lain. Rasa hormat tidak bisa dipaksakan. Tentu, hal itu bisa diimbau, tetapi seperti yang kita ketahui dari Rasul Paulus, sikap hormat hanyalah satu sisi dari suatu pernikahan. Memang betul istri wajib menghormati suami mereka; tetapi suami juga harus mengasihi istrinya “sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya” (Efesus 5:25). Kira-kira, apakah Raja Ahasyweros mencintai istrinya, Wasti, seperti itu?


Renungkan:

Suami, apakah Anda mengasihi istri Anda dan rela berkorban untuknya seperti yang dilakukan Kristus? Istri, apakah Anda tunduk kepada suami sebagaimana gereja tunduk kepada Kristus?

Bagi yang belum menikah, apakah Anda tunduk kepada satu sama lain dalam keluarga Allah karena menghormati Kristus (Efesus 5:21)?

comment

journal

share


writer1

Tentang Penulis

Peter Lau telah mengajar Perjanjian Lama di Seminari Theoloji Malaysia sejak tahun 2010. Beliau seorang praktisi medis terlatih yang bergelar PhD dalam Perjanjian Lama dan telah menulis buku tentang Rut, Yehezkiel, Mazmur, serta Ester.

Penulis Seri Perjalanan Iman:

Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi