Ester

oleh Peter Lau

Hari 27

Baca Ester 9:17-22

Karya Allah yang melepaskan orang Yahudi adalah peristiwa yang sangat penting sehingga itu dirayakan setiap tahun. Penjelasan tentang perayaan itu menekankan tentang pemutarbalikan keadaan yang terjadi: dari puasa, perkabungan, dan dukacita kepada perjamuan, pembebasan, dan sukacita (9:22). Perayaan untuk orang Yahudi di Susan berlangsung pada tanggal yang berbeda (karena titah raja diperpanjang satu hari bagi mereka; lihat 9:15) dengan perayaan untuk orang Yahudi di perkampungan (9:17-19). Hari itu dipakai untuk saling mengantar makanan dan bersedekah kepada orang-orang miskin (9:19,22). Itu dilakukan guna memastikan agar seluruh umat Allah bisa turut merayakan, tidak hanya orang-orang kaya. Berbagi makanan menampakkan aspek sosial dari perayaan dan penyembahan, dan sedekah mungkin mengingatkan orang bahwa pembebasan adalah karunia Allah.6 Mordekhai mencatat peristiwa tersebut dan menetapkan Purim sebagai perayaan tahunan agar peristiwa pembebasan umat Allah itu diingat setiap tahun (9:21-22).

Sebagai orang Kristen, kita juga harus menjalani hidup yang penuh kegirangan dan sukacita! Kita juga sudah dibebaskan.

Ada suasana sukacita yang menonjol dalam perayaan karya pembebasan Allah ini. Kata “sukacita” atau “kegirangan” disebut sembilan kali dalam pasal 8 dan 9 (dua kali dalam 8:16, dua kali dalam 8:17, tiga kali dalam 9:17-19, dan dua kali dalam 9:22). Bagi orang Yahudi masa kini, Purim juga merupakan hari raya yang paling meriah dan seru dari hari raya lainnya. Tak ada alasan bagi umat Allah untuk tidak berlimpah dengan sukacita.

Pola pembebasan yang disusul dengan sukacita juga terdapat di bagian-bagian lain dalam Perjanjian Lama. Misalnya, Musa dan orang Israel menyanyikan lagu pujian kepada Allah setelah Dia membebaskan mereka dari tangan Firaun dan orang Mesir (Keluaran 15). Debora dan Barak menyanyikan lagu pujian setelah Allah membebaskan mereka dari penindasan orang Kanaan (Hakim-Hakim 5).

Sebagai orang Kristen, kita juga harus menjalani hidup yang penuh kegirangan dan sukacita! Kita juga sudah dibebaskan. Apakah Anda memperhatikan bahwa orang Yahudi bersukacita bahkan sebelum hari pembelaan diri mereka tiba (Ester 8:16)? Mengapa mereka bisa bersukacita? Sebab mereka tahu Allah ada di pihak mereka. Musuh dan penuduh terbesar telah dikalahkan. Kemenangan sudah terjamin. Kalau dipikir-pikir, situasi kita sama dengan orang Yahudi sebelum hari pembelaan diri mereka tiba. Yesus telah mengalahkan Iblis. Dalam Yesus, kita diselamatkan. Pembebasan final kita adalah hal yang sudah pasti.

6 Lihat Barry G. Webb, Five Festal Garments: Christian Reflections on the Song of Songs, Ruth, Lamentations, Ecclesiastes, Esther, New Studies in Biblical Theology (Leicester: Apollos, 2000), 132.

Renungkan:

Renungkan Kolose 1:9-14. Dari apakah Allah sudah melepaskan atau menyelamatkan kita? Lantas, bagaimana seharusnya kita menjalani hidup sebagai tanggapan atas keselamatan itu?

Apakah Anda lebih banyak dinilai sebagai seorang penggerutu dan pemurung, atau bahagia dan gembira? Bacalah 1 Petrus 1:8. Bagaimana kita bisa “bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan”?

comment

journal

share


writer1

Tentang Penulis

Peter Lau telah mengajar Perjanjian Lama di Seminari Theoloji Malaysia sejak tahun 2010. Beliau seorang praktisi medis terlatih yang bergelar PhD dalam Perjanjian Lama dan telah menulis buku tentang Rut, Yehezkiel, Mazmur, serta Ester.

Penulis Seri Perjalanan Iman:

Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi