Ester

oleh Peter Lau

Hari 5

Baca Ester 2:12-14

Kompetisi pemilihan ratu baru bagi Raja Ahasyweros kadang digambarkan seperti kontes kecantikan, padahal sebenarnya sama sekali tidak seperti itu. Bahkan, sebelum seorang “kontestan” boleh menghadap raja, ia harus menjalani dahulu perawatan kecantikan selama satu tahun penuh. Ia dirawat selama enam bulan dengan minyak mur dan enam bulan dengan minyak kasai dan wewangian perempuan (2:12). Lalu ia diperbolehkan membawa apa saja ke dalam kamar raja untuk menyenangkannya (2:13). Gadis itu diberi kesempatan satu malam saja untuk menyenangkan sang raja, dan keesokan paginya ia kembali ke balai perempuan sebagai salah satu selir raja serta harus tinggal di situ seumur hidupnya, kecuali bila ia terpilih menjadi ratu. Sebagai anak yatim piatu berkebangsaan Yahudi di antara semua gadis dari 127 provinsi Persia, peluang Ester untuk terpilih sangatlah kecil.

Yesus Kristus tidak memperlakukan umat-Nya sebagai objek. Sebaliknya, Dia begitu mengasihi mereka hingga rela mati bagi mereka.

Bayangkan jika Anda di posisi mereka. Terkurung di sana untuk melayani raja; tak bisa pulang; tak bisa menikah dengan orang lain. Bila tidak membuat raja senang, Anda tidak akan dipanggil lagi. Para wanita itu diperlakukan sebagai objek kesenangan raja semata. Mereka dimanfaatkan untuk menghibur raja, lalu disingkirkan sampai yang mulia menginginkan mereka lagi—kalau ia ingat (2:14).

Namun, sebelum Anda menganggap kebijakan raja itu melanggar hak-hak perempuan, perhatikan bahwa kaum lelaki pun tak lolos dari kewajiban yang sama beratnya. Raja Ahasyweros berhak merekrut kaum pria untuk menjadi hambanya. Setelah dikebiri, mereka dijadikan sida-sida yang melayaninya, seperti Hegai dan Saasgas (2:8,14). Karena sudah dikebiri, mereka tidak terlalu menjadi ancaman bagi raja dan kecil kemungkinannya mereka bisa melecehkan para wanita di balai perempuan.

Mana yang lebih baik di Kerajaan Persia, menjadi pria atau wanita?

Raja-raja Israel mempunyai mandat untuk memelihara keadilan, seperti doa Salomo dalam Mazmur 72:1-2. Namun, Nabi Samuel memperingatkan bahwa para raja akan menyalahgunakan kekuasaan mereka (1 Samuel 8:11-18). Hal ini terjadi dalam sejarah Israel dimulai oleh Salomo yang menerapkan kerja paksa dalam proyek-proyek pembangunannya (1 Raja-Raja 5:13-17).

Meski demikian, tidak semua raja menyalahgunakan kekuasaan mereka demi kesenangan pribadi. Dalam Perjanjian Lama, raja-raja seperti Hizkia, Yosia, dan terutama Daud berkenan di mata Allah. Mereka menjadi bayangan dari datangnya raja masa depan dari keturunan Daud yang jauh lebih baik. Yesus Kristus tidak memperlakukan umat-Nya sebagai objek. Sebaliknya, Dia begitu mengasihi mereka hingga rela mati bagi mereka. Puji Tuhan, kita melayani raja yang demikian!


Renungkan:

Ketika Raja Daud telah lanjut usia, dicarilah seorang gadis untuk menemaninya (1 Raja-Raja 1:1-3). Apa bedanya pencarian ini dengan yang dilakukan oleh Ahasyweros? Apakah yang bisa kita pelajari tentang Raja Daud dari hal itu?

Menurut Filipi 2:5-11, apa saja yang telah rela ditinggalkan Yesus, Sang Raja, demi kita? Bagaimana seharusnya tanggapan kita terhadap Dia?

comment

journal

share


writer1

Tentang Penulis

Peter Lau telah mengajar Perjanjian Lama di Seminari Theoloji Malaysia sejak tahun 2010. Beliau seorang praktisi medis terlatih yang bergelar PhD dalam Perjanjian Lama dan telah menulis buku tentang Rut, Yehezkiel, Mazmur, serta Ester.

Penulis Seri Perjalanan Iman:

Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi