Ester

oleh Peter Lau

Hari 20

Baca Ester 7:8-9

Peristiwa selanjutnya terjadi di luar rencana Ester. Haman jatuh tersungkur ke atas dipan tempat Ester berbaring. Seperti yang diperhitungkan oleh istrinya dan para sahabatnya, ia benar-benar jatuh. Mungkin ia terlalu keras memohon atau mabuk anggur. Mungkin juga dua-duanya. Yang jelas, ia ambruk ke atas dipan tepat saat raja masuk (7:8).

Kembali kita melihat tangan Tuhan yang tidak kelihatan bekerja menggenapi maksud-Nya. Namun, teladan dari Ester mengajarkan bahwa hal itu bukan berarti kita hanya diam dan menunggu.

Selama berada di luar, dalam kegeraman, raja tentu berpikir, “Apa yang harus kulakukan? Aku sudah meluluskan maklumat Haman dengan memberinya cincin meterai, dan maklumat yang ia tulis itu akan mencelakakan istriku sendiri!”

Namun, saat melangkah masuk, ia langsung mendapat solusi. Raja menyaksikan Haman “menjatuhkan dirinya ke atas dipan” istrinya (7:8 BIS). Mungkin ia teringat bahwa Haman meminta jubah dan kuda kerajaan. Lalu ia menghubung-hubungkan semuanya dan menyimpulkan bahwa Haman kini menginginkan istrinya juga! Pengkhianatan! Katanya, “Masih jugakah ia hendak menggagahi sang ratu di dalam istanaku sendiri?” (7:8). Apa pun maksud Haman sebenarnya, perbuatannya merupakan pelanggaran berat menurut aturan kerajaan. Dalam masyarakat Persia, laki-laki yang menghampiri istri atau selir raja, sekalipun tidak disengaja, bisa dihukum mati.

Para pengawal langsung memahami maksud raja (7:8). Mereka menyelubungi muka Haman dan membawanya pergi. Saat itu juga, salah seorang sida-sida bernama Harbona melontarkan sepotong informasi penting: “Lagipula tiang yang dibuat Haman untuk Mordekhai, orang yang menyelamatkan raja dengan pemberitahuannya itu, telah berdiri di dekat rumah Haman, lima puluh hasta tingginya” (7:9). Mungkin Harbona bermaksud menyampaikan bahwa Haman ingin membunuh seseorang yang setia kepada raja. Jadi, raja bertitah, “Sulakan dia pada tiang itu” (7:9).

Tidak mungkin Ester merencanakan agar Haman membangun tiang tersebut. Ia tidak menyuruh Harbona menyebut soal tiang itu kepada raja, dan tentunya, ia juga tidak mungkin merencanakan agar Haman jatuh ke atas dipannya pada saat yang bersamaan dengan masuknya raja.

Kembali kita melihat tangan Tuhan yang tidak kelihatan bekerja menggenapi maksud-Nya. Namun, teladan dari Ester mengajarkan bahwa hal itu bukan berarti kita hanya diam dan menunggu. Kita juga bisa membuat rencana dan melaksanakannya, dengan menggunakan hikmat dalam kesempatan yang Allah berikan kepada kita. Kita juga belajar bahwa berbicara pada saat yang tepat merupakan tindakan bijaksana (7:9).


Renungkan:

Apa pendapat Anda tentang Haman yang menerima hukuman yang dirancangkannya untuk orang lain?

Dalam kehidupan kita juga tampak adanya timbal balik antara karya Allah yang menggenapi rencana-Nya dan perlunya tindakan dari pihak kita. Bacalah Filipi 2:12-13. Apa yang perlu kita lakukan? Apa yang Allah perbuat?

comment

journal

share


writer1

Tentang Penulis

Peter Lau telah mengajar Perjanjian Lama di Seminari Theoloji Malaysia sejak tahun 2010. Beliau seorang praktisi medis terlatih yang bergelar PhD dalam Perjanjian Lama dan telah menulis buku tentang Rut, Yehezkiel, Mazmur, serta Ester.

Penulis Seri Perjalanan Iman:

Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi