Ester

oleh Peter Lau

Hari 11

Baca Ester 4:1-11

Adegan berikutnya memperlihatkan akibat surat perintah tadi terhadap Mordekhai dan orang-orang Yahudi. Mordekhai mengoyakkan pakaiannya, mengenakan kain kabung dan abu, kemudian meratap dengan nyaring dan pedih di tengah kota (4:1). Namun, ada yang kelihatannya hilang dari respons Mordekhai dan orang-orang Yahudi lain di seantero Kerajaan Persia (4:3), yaitu doa. Di sepanjang kitab Ester, tidak disebutkan sama sekali tanda-tanda lahiriah dari iman yang diyakini dalam batin, termasuk sikap berdoa. Mungkin sebutan umat Allah hanya identitas belaka, padahal kenyataannya mereka tak pernah berdoa sama sekali.

Pastikanlah kita memiliki iman sejati kepada Tuhan Yesus, agar kemudian kita dapat meneruskannya kepada orang lain.

Namun, sekalipun itu benar, setidaknya di saat-saat genting kita berharap mereka akan berdoa kepada Allah. Dalam banyak kisah Alkitab, krisis nasional biasanya berujung pada perkabungan dan puasa, dan seringkali menghasilkan pertobatan serta doa (contohnya Ratapan 3:40-66; Nehemia 9:1-5). Besarnya malapetaka yang akan menimpa mereka mungkin saja membuat Mordekhai dan orang-orang Yahudi bertobat dan berdoa. Namun, hal itu tidak disebutkan dalam Alkitab, sehingga masih misterius kepada siapa mereka berpaling.

Mordekhai meratap sampai di depan pintu gerbang istana raja (Ester 4:2), sedangkan Ester terkurung di dalam istananya sampai-sampai harus mendengar perihal keadaan Mordekhai dari orang lain. Begitu mendapat kabar tersebut, Ester menjadi sangat risau dan berusaha menenangkan Mordekhai dengan mengiriminya pakaian (4:4). Mungkin saja maksudnya agar dengan pakaian itu, Mordekhai bisa masuk ke istana untuk berbicara langsung dengan Ester, karena orang dilarang masuk ke pintu gerbang raja dengan berpakaian kain kabung (4:2). Namun, Mordekhai menolak mentah-mentah pemberian itu (4:4). Melalui pesuruh yang dikirimnya, barulah Ester tahu bahwa Haman telah menerbitkan surat keputusan untuk membantai orang-orang Yahudi (4:5-9).

Mordekhai menyuruh Ester “pergi menghadap raja untuk memohon karunianya dan untuk membela bangsanya di hadapan baginda” (4:8). Namun, ada halangan. Ester tidak bisa sembarangan datang kepada raja. Sama seperti orang lain, untuk bisa menghadap, ia harus menunggu dipanggil. Berdasarkan undang-undang Persia, orang yang datang menghadap raja tanpa dipanggil bisa dihukum mati, kecuali raja memaafkan pelanggaran tersebut dengan mengulurkan tongkat emasnya. Masalahnya, selama tiga puluh hari ini, Ester belum pernah dipanggil lagi untuk menghadap raja (4:11).

Ahasyweros memang memilih Ester dari antara semua wanita dalam wilayah kerajaannya untuk menjadi ratunya. Namun, saat itu tampaknya kasih sayang raja kepada Ester telah menjadi hambar. Ester ragu apakah raja berkenan menerima kedatangannya atau tidak.

Di sepanjang Alkitab, sering sekali umat Allah hanya menjadi status belaka. Allah kerap mengingatkan umat-Nya untuk terus memilih taat kepada-Nya (Ulangan 30:15-20) dan mengajarkannya berulang-ulang kepada keturunan mereka (Ulangan 6:6-7,20-25; Yosua 4:21-24). Pastikanlah kita memiliki iman sejati kepada Tuhan Yesus, agar kemudian kita dapat meneruskannya kepada orang lain.


Renungkan:

Bagaimana cara Anda menunjukkan iman Anda kepada keluarga, teman, dan rekan melalui cara hidup Anda?

Bagaimana cara Anda membangun hubungan pribadi yang aktif dengan Tuhan Yesus? Bagaimana pula Anda dapat meneruskannya kepada generasi yang akan datang (2 Timotius 3:14-17)?

comment

journal

share


writer1

Tentang Penulis

Peter Lau telah mengajar Perjanjian Lama di Seminari Theoloji Malaysia sejak tahun 2010. Beliau seorang praktisi medis terlatih yang bergelar PhD dalam Perjanjian Lama dan telah menulis buku tentang Rut, Yehezkiel, Mazmur, serta Ester.

Penulis Seri Perjalanan Iman:

Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi